Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjawab Isu Energi Dengan Gerakan "Ambil Secukupnya, Habiskan Makananmu" Menuju Net-Zero Emissions

18 Oktober 2021   16:07 Diperbarui: 18 Oktober 2021   16:14 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunungan sampah Leuwigajah (sumber:humas.bandung.go.id)

Saat ini isu energi menjadi salah satu isu utama di dunia. Berbicara energi tidak lagi hanya berbicara tentang pertambangan gas bumi atau batu bara, tapi juga sudah menyentuh ke ranah energi terbarukan yang ada di sekitar kita. 

Dan salah satu isu energi yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah masalah sampah. Isu sampah memiliki efek domino yang sangat memengaruhi kehidupan dan pembangunan. 

Bukan saja memberi dampak buruk pada kesehatan, tapi juga lingkungan, pendidikan, pariwisata, perekonomian, budaya dan infrastruktur yang ada.

Data di tahun 2020 menunjukkan bahwa volume sampah Indonesia telah mencapai 67,8 juta ton per tahun (Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan). Angka ini menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan dari tahun 2019 yang mencapai 64 juta ton per tahun atau sekitar 175.000 ton per hari sampah yang dihasilkan.

Mirisnya, dari angka tersebut, prosentase terbesar (37,3%) justru dihasilkan dari sampah aktivitas rumah tangga. Sedangkan dari jenisnya, sampah tertinggi adalah berasal dari sisa makanan yang mencapai hingga 39,8% diikuti urutan kedua sampah plastik sebesar 17%. 

Ini artinya, kita tidak lagi dihadapkan pada permasalahan efek teknologi sebagai salah satu produsen emisi, tapi justru kembali pada permasalahan kesadaran indiviual. Gaya hidup yang kurang terpuji ternyata justru menjadi penyumbang terbesar masalah sampah di Indonesia.

Dibandingkan dengan sampah anorganik (plastik), selama ini sampah organik dianggap sepele dan tidak terlalu berbahaya. Padahal, dari sampah organik inilah penyebab utama terjadinya efek rumah kaca melalui gas metana yang dihasilkan hingga 8% (waste for change). 

Harus diketahui bahwa gas metana ini memiliki dampak 21 kali lebih besar terhadap perubahan iklim ketimbang CO2.

Gunungan sampah Leuwigajah (sumber:humas.bandung.go.id)
Gunungan sampah Leuwigajah (sumber:humas.bandung.go.id)

Masih segar di ingatan, tragedi Leuwigajah di Jawa Barat tahun 2005, bagaimana gunungan sampah meledak dan mengakibatkan tewasnya 150 orang di sekitar lokasi ledakan. 

Peristiwa terjadi, tidak lain akibat memuainya gas metana yang terkontaminasi oleh zat-zat lainnya sehingga mengakibatkan ledakan yang dahsyat sehingga menyebabkan longsor sampah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun