Ramadhan datang membawa banyak kisah. Kisah sedih, bahagia, lucu, menegangkan, dsb. Semua kisah itu terangkai dengan istimewa. Seistimewa bulan nan suci ini.
Hari pertama puasa kulewati dengan penuh semangat dan sukacita. Semakin semangat saat beberapa sahabat mengajak untuk bukber di sebuah tempat makan yang cukup terkenal di daerah kami. Jelas aku tak akan melewatkannya. Selain buka bersama, momen kebersamaan seperti ini hanya ada di saat bulan puasa, jadi aku tak menolak saat ajakan itu datang.
Jangan lupa ya...jam 18.00 teng kita langsung jumpa di 'warunk pojok'.Â
Begitu pesan whatsapp terakhir yang kuterima di group kami. Tanpa babibu lagi, sepulang kantor aku langsung berangkat menuju lokasi, tanpa sempat pulang ke rumah untuk berganti pakaian. Saat itu aku sangat bersemangat dan ingin segera sampai di lokasi bukber. Ekspektasiku, bukber perdana ini pasti sangat seru dan menyenangkan, apalagi sahabat-sahabatku ini terdiri dari orang-orang yang ceria dan rame sehingga dapat menghidupkan suasana.
Pukul 17.45 aku sudah sampai di 'warunk pojok', tempat makan yang disebut di group WA. Setelah celingak celinguk sesaat, akhirnya aku memutuskan untuk masuk saja dan duduk di salah satu area warung. 5 menit berlalu, 10 menit, 20 menit hingga 30 menit aku menunggu namun tak satu pun para sahabatku keliatan batang hidungnya. Namun aku masih berusaha sabar menunggu dan berpikir positif.
Pukul 18.35 aku mulai gelisah. Terpaksa aku memesan segelas minuman karena waktu berbuka tinggal beberapa menit lagi. Hilang kesabaran, aku buka ponsel dan mencoba menelpon salah satu sahabat untuk menanyakan posisi mereka dimana sekarang. Ah sial ! pulsaku abis ! ku cek juga paket internetku, abis juga ! sesuatu banget rasanya. Dan aku hanya bisa pasrah.
Tepat pukul 18.39 adzan Maghrib berkumandang. Alhamdulillah, aku segera meneguk minuman yang sudah kupesan. Dengan muka kecut, kucoba untuk tenang. Kupandangi sekitarku. Pengunjung lain rame saling tertawa menikmati buka bersamanya. Dan aku disini hanya sendiri.
Tak lama kemudian ponselku berdering. Santi, salah satu sahabatku.
"Fin, kok gak datang ? kenapa ?" tanyanya di seberang
Aku membelalakkan mata, "maksudnya ?"
"ya kenapa gak datang bukber ?"
Aku menggaruk kepalaku yang nggak gatal, "pliiisss ya san...aku dah di warunk pojok satu jam yang lalu yaaa...kalian mana ?" tanyaku
"loooohhh kamu di warunk pojok Fin ? astagaaaaa hahaaa...kan udah dibilang di WA kalo lokasinya gak jadi di warunk pojok, diganti ke cafe Jala..." jelas Santi heboh menertawakanku
Kutepok jidatku. Rupanya pesan WA terakhir yang berisi pemberitahuan pindah lokasi bukber nggak masuk di ponselku gara-gara abis paket.
Aduh, rasanya kesal tapi pengen ketawa. Seketika mukaku langsung bersemu memerah. Malu dan geli sendiri menyadari kesalahpahaman ini. Aku hanya bisa senyum-senyum sendiri sambil manyun menyeruput minumanku. Apa mau dikata, acara bukber perdanaku berakhir menggelikan. Sumpah, kisah ini tak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.Â
Baru pertama ini aku bukber tapi sendirian saja hahaaa...tapi tak apa lah, meski realita bukber kali ini tidak seindah ekspektasiku, kuputuskan untuk tetap santai dan mensyukuri apa yang ada. Dengan perasaan yang kecewa tapi juga merasa geli dan lucu aku akhirnya bukan hanya memesan minuman tapi juga memesan makanan untuk berbuka :
"mbak, pesan ayam bakarnya satu ya...!"
***Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI