“Karena itulah...kerjasama ibu dan kamu yang akan menguatkan langkahmu menggapai cita-cita...”
Deru sepeda motorku menembus derasnya hujan dan macet jalanan. Semuanya kami tempuh dengan euforia yang teramat sangat. Anakku tak sabar bersua dengan teman-temannya serta menempati bangku dan kelas yang baru. Aku juga tak sabar bertemu dengan guru-guru sekolah yang selama ini telah membantu mendidik anakku. Rasa terimakasih dan penuh harapan ingin kusampaikan pada sosok guru.
Tak mengapa hujan deras mengguyur. Tak mengapa tak ada ritual bersalam-salaman antara guru, murid dan orangtua. Lebih dari itu semua, secara mental anak tetap merasa “bangga” ketika datang bersama orangtuanya. Anak merasa “beruntung” saat diantar orangtuanya dan itu adalah modal besar bagi anak untuk dapat melewati harinya di sekolah dengan baik.
Anakku turun dari boncengan sepeda motor. Meraih jemariku dan menciumnya serta melekatkannya di dahinya. Aku tersenyum dan mengelus kepalanya yang berbalut jilbab putih sembari berujar dalam hati “belajar ya nak...baik-baik di sekolah...”
Tak berapa lama, beberapa teman-teman sebayanya yang pernah satu kelas di kelas tiga mengerubunginya sambil menggandeng tangannya dan berceloteh tentang liburan dan kelas baru mereka. Anakku terlihat ramah. Ada rasa percaya diri terlihat dalam dirinya. Bagiku, gambaran sikap bersosialisasi seperti ini sangat penting, sebab anak akan belajar bagaimana harus bersikap ketika berhadapan dengan banyak orang dengan banyak karakter. Sikap yang bersahabat dan saling menghargai selalu aku tekankan pada anakku. Selalu berpikir positif namun tetap waspada dalam bergaul adalah kunci agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Aku juga sempat bercengkerama sebentar dengan wali kelas anakku, yang kebetulan aku kenal. Tak lama kami berbincang di luar gerbang, namun sungguh memberi sugesti positif padaku. Semakin tenang hati ini memulai babak baru masa depan anakku. Semakin lega juga karena aku bisa mengantar anakku di hari pertamanya sekolah serta mendampinginya bertemu teman-temannya dan gurunya meski terbatas oleh hujan deras.
Komunikasi yang baik antara orangtua dan guru memiliki andil yang besar dalam kelancaran proses belajar mengajar. Bukan saja memperoleh manfaat informasi-informasi yang bersifat wacana tapi juga dapat membangun chemistry antara guru dan orangtua sehingga dapat terjalin kerjasama dengan baik dalam proses pendidikan anak-anak. Sebab bagaimanapun pendidikan anak di sekolah bukan saja menjadi tanggungjawab guru semata tapi juga orangtua.
Lima belas menit berlalu, aku masih menunggu anakku sampai ia tak terlihat lagi dari balik pintu gerbang.
Ketika aku akan membalikkan sepeda motorku dan bersiap pulang, tiba-tiba sosok mungil berdiri di sisi pintu gerbang, seorang diri. Ia memanggilku :