Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum di Antara Rinai Hujan

19 Juli 2016   15:08 Diperbarui: 19 Juli 2016   16:01 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
anak juga harus dilibatkan di Hari Pertama Sekolah, misalnya dengan mengajarkan kemandirian dan disiplin (sumber:dokpri)

Senin, 18 Juli 2016

Hari ini sebenarnya bukan hari ulangtahun anakku, bukan juga hari kemenangan saat ia lomba menari. Hari ini adalah hari senin biasa dengan aktifitas pagi yang luar biasa. Sejak semalam aku sudah merancang rencana sedemikian rupa, khusus untuk hari ini. Aku harus bangun lebih pagi, aku harus memasak sarapan lebih banyak dan tentu saja dengan menu yang istimewa, aku harus jerang air hangat agar anakku bisa mandi dengan nyaman tanpa terlampau kedinginan sebab aku akan membangunkannya lebih awal. Pakaian seragam baru telah menggantung rapi di lemari siap untuk dikenakan. Sepatu berwarna hitam dan kaos kaki putih juga sudah menunggu untuk dipakai melangkah oleh kaki mungilnya.

Hmm...ada apa dengan hari ini ? sepertinya, ketika ulangtahun juga tidak sesibuk ini. Ketika akan lomba menari juga tidak dirancang sesempurna ini.

Ya, hari ini adalah HARI PERTAMA SEKOLAH bagi anakku. Hari yang mengawali perjalanan masa depannya. Hari yang akan mengantarkannya menggapai cita-cita. Jika hari ulangtahun aku pakai jasa event organizer untuk membantu mengurus semuanya dan hari perlombaan menari aku serahkan pada pelatih menari dan tata riasnya, maka hari ini aku TIDAK PERNAH MENEMUKAN ada event organizer yang mampu merancang kesempurnaan hari pertama anakku masuk sekolah. Sebab kesempurnaan itu hanya orangtua yang bisa melakukan untuk anak-anaknya. Semua dilakukan khusus dengan hati yang tulus dan harapan yang mulia. Maka dari tangan-tangan hangat orangtua lah, momen hari pertama masuk sekolah menjadi terasa begitu sangat istimewa.

anak juga harus dilibatkan di Hari Pertama Sekolah, misalnya dengan mengajarkan kemandirian dan disiplin (sumber:dokpri)
anak juga harus dilibatkan di Hari Pertama Sekolah, misalnya dengan mengajarkan kemandirian dan disiplin (sumber:dokpri)
Pagi ini hujan turun begitu deras namun sama sekali tak menyurutkan semangatku untuk “mengistimewakan” hari ini. Aku berpikir bahwa jika langkah diawali dengan kegembiraan maka langkah-langkah selanjutnya akan turut gembira. Namun jika langkah pertama sudah tiada semangat lantas bagaimana langkah selanjutnya juga akan semangat ?!

Namun, aku tak mau merancang semuanya sendiri. Anakku juga harus terlibat. Sebab hari ini adalah awal masa depannya. Maka ia harus turut bertanggungjawab dengan langkah-langkah selanjutnya. Ia harus paham mengapa aku dan ia harus bangun lebih awal. Ia harus tahu mengapa aku jerang air hangat untuknya mandi. Ia juga harus menghargai mengapa aku memasak lebih dan menyiapkan segala keperluan sekolahnya. Ia harus mengerti bahwa semua itu kulakukan bukan untuk menjadikannya “princess” yang manja dengan segala keperluan dipersiapkan, akan tetapi semua itu kulakukan agar ia tahu bahwa untuk menggapai harapan dan cita-cita itu membutuhkan perjuangan dan kedisiplinan. Aku ingin ia melihat bahwa apa yang dilakukan ibunya adalah salah satu bentuk dukungan dan doa agar ia berhasil menggapai cita-cita.

siap berangkat sekolah (sumber:dokpri)
siap berangkat sekolah (sumber:dokpri)
Jika ditanya doa, maka semua doa terbaik sudah kulafalkan di setiap aktifitas ibadahku. Jika ditanya materi, maka aku siap untuk bekerja keras membanting tulang untuk membiayainya menempuh pendidikannya. Namun, pagi ini aku hanya meminta satu hal pada anakku :

“Kita kerjasama ya nak...”

“Ibu usahakan semuanya untukmu...pun dengan kamu...berusahalah setidaknya untuk dirimu sendiri...”

“Ibu berdoa untukmu tanpa kamu aminkan, maka takkan sempurna...”

“Ibu mati-matian memperjuangkanmu tapi kamu tak bersedia berjuang, maka juga akan sia-sia...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun