Seperti tersengat listrik. Aku terdiam membisu. Kudengar Gilang menanyakan kembali pertanyaannya. Aku berusaha menenangkan diri dan mencoba mencari penjelasan yang mudah difahami.
Aku bilang, "Suara itu seperti warna, Lang."
"Ada merah, kuning, hijau, seperti pelangi."
Gilang masih terdiam mencerna perkataanku. Netra coklatnya terlihat sendu. Aku memeluknya erat tak bisa kutahan buliran bening ini lolos setetes dan menganak sungai.
Di lain hari saat dia sedang menonton film favoritnya Litle Mermaid. Tiba-tiba dia menghampirku dan bilang,
"Kenapa Ariel memakai pakaian seperti itu?" "Mengapa tidak memakai pakaian seperti perempuan umumnya?" Pertanyaan beruntun terlontar dari bibir mungilnya.
Seperti biasa aku kebingungan mencari jawaban yang sederhana.
"Itu hanya kartun, Lang, hanya sebuah dongeng." Jawabku.
"Iya, tapi harusnya Ariel mengenakan pakaian,bund?" Sahutnya kekeh. Aku mulai kehabisan akal untuk menjelaskannya.
"Mmm..Gimana kalau Gilang bikin saja baju buat Ariel?" Kataku pelan sambil menatapnya hangat.
Matanya berbinar, Â seulas senyum menghias bibir mungilnya.