Siapa sih yang tidak doyan makan? Ya semua orang pasti suka makan, terutama saya.
Rasanya mulut ini tidak mau berhenti mengunyah terus kalau makanannya enak. Apalagi kalau memasaknya dengan hati dan ditambah dengan bumbu cinta? (eeaahhh..)
Indonesia terkenal dengan berbagai masakan yang diracik dengan penuh cinta, eh maksudnya dengan kekayaan rempah-rempahannya. Agar menjaga kualitas masakan, orang Indonesia rata-rata menggunakan bahan dasar rempah-rempah karena memiliki cita rasa yang nikmat nan lezat, tergantung rempah apa yang ditambahkan ke dalam masakan.
Banyak banget rempah-rempah yang bisa kita temukan di Indonesia, seperti kayu manis, cengkih, pala, lada, ketumbar, kemiri, jahe, dan lain-lain.
Nah, kali ini saya akan membahas salah satu rempah dimana mungkin masih banyak orang yang tidak tau. Kebetulan saya hadir di acara "Andaliman Talk Show" yang digagas oleh Yayasan Doktor Sjahrir berupa acara diskusi, mini exhibition dan icip-icip kuliner bumbu Andaliman. Acaranya berlangsung di Almond Zucchini, Jakarta Selatan Sabtu 6 April 2019 lalu.
Yayasan Doktor Sjahrir merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk meneruskan misi dan visi dari pandangan beliau. Beliau adalah ekonomi ternama yang memiliki banyak kegiatan dan menulis mengenai pemikiran-pemikiran dari beliau. Beliau juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang bergerak dalam bidang Pendidikan, Lingkungan Hidup, dan Kesehatan.
Apa Itu Andaliman?
Andaliman adalah bumbu khas dari tanah Batak yang merupakan rempah utama di dalam makanan Batak. Bumbu ini sudah dikenal oleh nenek moyang orang Batak, sebelum teknologi berkembang di tanah Batak. Bentuknya bulat kecil bergerombol yang mirip seperti buah pala.
Andaliman memiliki kandungan Vitamin C dan E yang dibutuhkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Selain itu, Andaliman mengandung senyawa minyak atsiri dan alkaloid yang berfungsi sebagai anti oksidan dan anti mikroba.
- Bisa sebagai antioksidan alami yang sangat baik untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap segala serangan radikal bebas
- Sebagai penambah darah alami
- Melancarkan peredaran darah dan menghindari penggumpalan
- Menyehatkan mata dan menjernihkan pandangan
- Menguatkan tulang dan gigi
- Menjaga kinerja otak
- Mencegah kulit wajah pucat
- Melancarkan menstruasi atau datang bulan
- Sebagai bahan untuk aroma terapi
Adapun produk Andaliman dan produk unggulan Danau Toba ada yang berupa bubuk dan utuh, seperti kacang Andaliman, keripik Andaliman, sambal Andaliman. Disamping itu, ada juga kopi lintang khas setempat.
Andaliman punya cita rasa khas yang menjadikan makanan Batak memberikan kesan dan memiliki keunikan tersendiri. Aroma dan sensasi khas dari Andaliman yang tidak dapat disamakan dengan bumbu lain di dunia sehingga membuat makanan mentah menjadi nikmat.
Andaliman meninggalkan rasa getir, kelu atau kebal di lidah. Susah berhenti makan ini kalau lauknya pake Andaliman. Maknyos lahhhhh.
Hubungan Andaliman dengan Geopark Kaldera Toba
Ibu Dr. Wan Hidayati, Msi, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumut mengatakan bahwa Andaliman adalah salah satu geoproduct dari pada hasil letusan (eruption) yang terjadi pada 74.000 tahun yang lalu dan hanya didapat disekitar Toba. Danau toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang besarnya 90 x 30 dengan kedalaman 500 m.
Geopark Kaldera Toba telah diusungkan untuk menjadi anggota UNESCO dan sudah dijalankan assesmennya. Adapun history di Geopark Kaldera Toba terkenal sebagai super volcano yang merupakan letusan terbesar di dunia.
Selain itu juga termasuk dalam perubahan iklim. Hasil dari letusan tersebut terdapat matrial yang bernama material piroklastik yang menutupi bumi yang menimbulkan bencana sehingga membuat kehidupan menjadi mati. Serem yah.
Tapi bencana bisa menjadi suatu anugrah. Karena adanya bencana, maka tumbuhan yang hidup disana beradaptasi sesuai dengan temperatur yang ada.
Andaliman itu sangat unik yah.
Penanaman Andaliman
Menurut bapak Marandus Sirait, selaku Yayasan Taman Eden 100 menjelaskan bahwa dahulu Andaliman ditanam di hutan, tapi sekarang bisa ditanam di pertanian masyarakat. Penanaman Andaliman pun di ketinggian 1.100 sd 1.500m Dpl di hawa yang dingin.
Andaliman tidak diganggu dan dimakan oleh hewan-hewan lain karena tanaman ini penuh dengan duri. Jadi, cocok ditanam di perbatasan hutan.
Andaliman bisa menjadi perbaikan lingkungan dan ekonomi yang lebih besar di Danau Toba karena menjanjikan untuk dimakan oleh orang seluruh dunia. Andaliman punya sensasi yang tinggi.
Penanamannya pun banyak dilakukan di Taman Eden 100. Tahun 1998 dibuatlah program "Taman Eden 100" yang dimana kata "Taman Eden" adalah manusia, tanaman, makhluk hidup lainnya hidup rukun di dalamnya, dan angka "100" artinya seratus jenis tanaman pohon berbuah.
Taman Eden 100 merupakan sepenggal kebesaran Tuhan di kawasan Danau Toba yang menjadi situs merefleksikan manusia dan bumi ikhlas dalam upaya pemulihan, pelestarian, perlindungan, dan pengawasan integritas ekosistem.
Dalam hal ini, Taman Eden 100 menyediakan lokasi penanaman pohon bagi para tamu yang komitmen dalam pelestarian alam, bibit dan pamplet nama penanam disediakan. Taman Eden 100 ingin membantu pemerintah dan masyarakat dalam usaha melestarikan alam danau Toba serta melestarikan hutan serta isinya yang ada di lokasi agrowisata rohani Taman Eden.
Andaliman Sebagai Simbol Untuk Solusi Berbagai Permasalahan
Selain bisa digunakan berbagai jenis kuliner dan berbagai jenis kepentingan karena manfaatnya yang luar biasa, menurut Ibu Dr. Amanda Katili Niode selaku Yayasan Omar Niode Foundation (organisasi yang bergerak dalam bidang budaya, pangan, dan kuliner), Andaliman juga bisa sebagai simbol untuk solusi masalah global.
Seperti penanggulangan kemiskinan pada ibu-ibu yang terangkat karena dengan mengerjakan kuliner Andaliman dan bisa membiayai anak-anaknya untuk sekolah. Berbagai permasalahan, antara lain seperti pemberdayaan perempuan, peningkatan ekonomi masyarakat, pemulihan ekosistem, dan inklusivitas. Andaliman bisa melibatkan semua orang.
Ibu Ir. Murni Titi Resdiana. MBA selaku pejabat pemerintah dari Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim, menambahkan bahwa permasalahan yang terjadi juga dengan adanya pemanasan global. Suhu rata-rata di bumi sudah meningkat hampir 1 derajat dari sebelumnya.
Suhu semakin panas membuat bencana iklim semakin parah. Contohnya seperti banjir yang semakin lama semakin mengerikan karena intensitas hujan dalam 1 jam bisa tinggi ditambah dengan infrastruktur kota yang tidak bisa menampung sehingga menimbulkan bencana yaitu banjir.
Hal-hal seperti ini harus ditangani. Pemerintah pun sudah punya programnya yaitu mistigasi bencana. Yang paling mudah bagi kita dalam menangani hal ini ya dengan menanam. Seperti Pak Marandus Sirait katakan, menanamlah sebanyak-banyaknya karena kawasan yang rusak harus dilakukan upaya agar tidak rusak lagi.
Andaliman pun bisa menjadi produk unggulan. (*)
*Siti Harfiah Nur (Fifi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H