“Ya Allah Ma, itu yang masih muda. Laki-laki. Biasanya ada ibunya juga. Orang di pasar memanggil dengan sebutan Bu Haji. ”
“Oh, oh, yang itu. Anak muda itu pasti anaknya Bu Haji. Nama ibunya Bu Haji Sofia, orang terpandang di sini. Ayahnya bernama Pak Haji Hasan, yang punya peternakan ayam di ujung desa.”
“Lah, nama anaknya siapa?”
Ya meskipun aku belum berhasil mengantongi nama lelaki itu, setidaknya aku telah sedikit paham tentang asal-usulnya. Mama menceritakan sepotong demi sepotong tentang dirinya. Dia adalah anak bungsu pasangan terhormat di desa kami. Bapak ibunya adalah orang kaya, sekaligus tokoh masyarakat. Kedua kakak lelakinya telah berkeluarga dan hidup mapan di luar kota. Tinggal dirinya sebagai anak bungsu yang tidak merantau karena harus menjaga kedua orang tuanya yang mulai tua. Selain itu, Mama juga menjelaskan bahwa lelaki berwajah menawan itu kemungkinan besar akan menjadi pewaris peternakan ayam sekaligus kios di pasar milik orang tuanya. Sebab itulah dia dilarang keras untuk pergi merantau seperti kedua kakaknya.
Mama yang curiga lantas bertanya tentang mengapa aku begitu penasaran dengan sosok anak bungsu Bu Haji Sofia tersebut. Aku, dengan terbuka segera menyatakan kepada Mama bahwa lelaki itu sepertinya sosok yang baik, dan mungkin cocok untuk menjadi pacarku.
***
“Jadi, Mas Ronny ini perokok ya.” Tanyaku padanya.
Ia berdehem, batuk kecil beberapa kali, lalu menjawab, “Aku sebetulnya baru belajar merokok sekitar dua minggu yang lalu. Aku pikir, perempuan seperti kamu akan lebih menyukai pria perokok. ”
“Ah, ndak juga. Aku ini penderita sinusitis. Kalau terpapar asap rokok bisa kambuh sakitku.”
Saat aku protes tentang asap rokok itu, Mas Ronny segera menghilangkan nyawa rokonya. Ada-ada saja kelakuan orang yang sedang jatuh cinta, terkadang mereka melakukan sesuatu hal yang menurut dugaan mereka dapat memukau hati orang yang ditaksirnya. Padahal belum tentu dugaan itu mampu membuat terkesan kekasihnya. Maka sebaiknya tidak perlu banyak menduga ketika sedang jatuh cinta, cari tahu saja fakta sebanyak-banyaknya.
Malam ini, untuk pertama kalinya setelah berulang kali hanya bermain mata tepat di kios Blok K 12 Pasar Tulangan, Mas Ronny dan aku akhirnya berkencan. Pada hujan tipis malam Minggu sehabis magrib, dia menjemputku, dan di moment itu, langsung saja aku memperkenalkannya kepada Mama dan Papa. Hamdalah, kami berempat tidak saling canggung sama sekali. Seolah sudah erat hubungan kami dan suasana begitu cair.