(a) Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
(b) Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
- Meningkatnya kriminalitas kemiskinan sering kali mendorong individu untuk melakukan tindakan kriminal seperti pencurian dan penipuan sebagai upaya bertahan hidup.
- Peurunan kualitas hidup pengangguran dan kemiskinan menyebabkan individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehingga kualitas hidup menurun drastis.
- Gangguan kesehatan mental ketidakpastian ekonomi sering kali memicu stres, depresi, dan gangguan kecemasan pada individu yang terdampak.
- Keterbatasan akses pendidikan anak-anak dari keluarga miskin sering kali terpaksa putus sekolah karena orang tua tidak mampu membiayai pendidikan mereka.
Solusi untuk Mengatasi Kemiskinan dan PengangguranÂ
- Peningkatan Akses Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan : Pemerintah perlu menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi masyarakat miskin. Selain itu, pelatihan keterampilan berbasis kebutuhan pasar kerja dapat membantu angkatan kerja yang tidak memiliki pendidikan formal untuk tetap produktif.
- Penciptaan Lapangan Kerja Baru : Mendorong investasi di sektor-sektor yang padat karya, seperti manufaktur, agrikultur, dan pariwisata, dapat membantu mengurangi pengangguran. Pemerintah juga bisa mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan memberikan akses pembiayaan dan pelatihan.
- Program Jaring Pengaman Sosial : Bantuan sosial seperti subsidi kebutuhan pokok, program keluarga harapan (PKH), dan program kartu prakerja dapat membantu masyarakat miskin keluar dari jeratan kemiskinan.
- Reformasi Kebijakan Ekonomi : Pemerintah perlu memastikan kebijakan ekonomi yang inklusif dan adil sehingga dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua golongan masyarakat.
KesimpulanÂ
Dari perspektif ekonomi, kemiskinan dan pengangguran adalah hasil dari ketidakseimbangan dalam distribusi sumber daya, kurangnya investasi pada pendidikan dan keterampilan, serta lemahnya penciptaan lapangan kerja. Solusi atas masalah ini memerlukan pendekatan yang holistik, termasuk reformasi kebijakan ekonomi, peningkatan pendidikan, dan investasi pada sektor produktif. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, masalah ini dapat diatasi secara berkelanjutan, menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan sejahtera.Â
Dari perspektif sosiologi, kemiskinan dan pengangguran dipandang sebagai masalah yang bersifat struktural, dimana ketimpangan sosial dan ekonomi memperburuk keadaan. Dampak sosialnya termasuk ketegangan sosial, kriminalitas, dan ketidakpuasan terhadap sistem yang ada. Sementara itu, dari perspektif antropologi, budaya memainkan peran besar dalam membentuk sikap terhadap pekerjaan dan pendidikan. Pola hidup tradisional dan nilai-nilai kultural tertentu dapat menghambat upaya keluar dari kemiskinan. Solusi yang ditawarkan oleh kedua disiplin ilmu ini melibatkan pemberdayaan sosial dan budaya, serta perubahan struktur sosial untuk mengurangi ketimpangan. Pendekatan yang holistik yang mempertimbangkan aspek sosial dan budaya ini penting dalam merancang kebijakan yang efektif untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Dari perspektif geografi, kemiskinan dan pengangguran dipengaruhi oleh faktor geografis seperti akses terhadap sumber daya, infrastruktur, dan lokasi. Daerah yang kurang berkembang atau yang terisolasi memiliki tantangan lebih besar dalam menciptakan peluang ekonomi. Solusinya terletak pada pengembangan infrastruktur yang memadai, pendirian peluang ekonomi baru di daerah terpencil, serta upaya pembangunan yang lebih terintegrasi.
Dari perspektif psikologi, kemiskinan dan pengangguran tidak hanya masalah ekonomi, tetapi juga memengaruhi kesehatan mental individu. Stres, kecemasan, dan rendahnya harga diri menjadi masalah besar yang harus diatasi melalui dukungan psikologis, pemberdayaan diri, dan pengurangan stigma sosial. Program-program yang mendukung kesehatan mental dan pemberdayaan individu akan sangat membantu dalam mengurangi dampak negatif dari kedua masalah tersebut.Â
Masalah kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Wonosobo merupakan tantangan yang kompleks, dipengaruhi oleh ketimpangan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterbatasan akses terhadap lapangan kerja. Meski tingkat kemiskinan menunjukkan penurunan dari tahun 2018 hingga 2024, dengan persentase 15,28% pada 2024, Wonosobo masih termasuk dalam wilayah dengan kemiskinan tertinggi di Jawa Tengah.
Penyebab utama meliputi ketidakseimbangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja, serta kurangnya pemerataan distribusi sumber daya. Penanggulangan masalah ini memerlukan pendekatan yang holistik melalui peningkatan akses pendidikan, penciptaan lapangan kerja, program jaring pengaman sosial, dan reformasi kebijakan ekonomi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, diharapkan tantangan ini dapat diatasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Wonosobo.
DAFTAR PUSTAKAÂ