Berdasarkan data di atas kemiskinan Kabupaten Wonosobo tahun 2024 menunjukkan bahwa garis kemiskinan berada pada angka Rp456.351,00 per kapita per bulan. Hal ini berarti individu yang memiliki pengeluaran di bawah nilai tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin di wilayah ini mencapai 121,49 ribu jiwa, yang setara dengan 15,28 persen dari total populasi. Persentase ini mencerminkan tingkat kemiskinan yang masih signifikan, menunjukkan bahwa sekitar satu dari tujuh penduduk di Kabupaten Wonosobo hidup di bawah garis kemiskinan. Data ini menandakan perlunya perhatian khusus dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui kebijakan yang lebih efektif dan terfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk melalui pemberdayaan ekonomi, akses pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Â
Penyebab Kemiskinan dan Pengangguran
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya PengangguranÂ
Pertama, besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja. Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi. Kedua, struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang. Ketiga, kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia. Keempat, Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia. Kelima, penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Kemiskinan Gunawan Somodiningrat (1998) menjelaskan bahwa kemiskinan dibedakan dalam kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Dikatakan kemiskinan absolut apabila tingkat pendapatan berada di bawah garis kemiskinan, atau pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan hidup minimum tersebut dapat diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan,perumahan, dan pendidikan, yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok masyarakat dengan tingkatpendapatan sudah di atas garis kemiskinan. Sehingga, sebenarnya sudah tidak termasuk miskin, tetapi masih lebih miskin dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Dengan ukuran pendapatan, keadaan ini dikenal dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar golongan penduduk, antar sektor kegiatan ekonomi maupun ketimpangan antar daerah.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya, kemiskinan dapat dibedakan dalam tiga pengertian:kemiskinan natural (alamiah), kemiskinan struktural, dan kemiskinan kultural. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin, karena dari asalnya memang miskin.Kelompok masyarakat ini miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai,baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya, sehinggamereka tidak dapat ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapatkan imbalan pendapatan yang rendah. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan hasil pembangunan yangbelum seimbang, termasuk jenis kemiskikan ini adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.Sedangkan kemiskinan kultural adalah mengacu pada sikap hidup seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budayanya, dimana mereka sudah merasa kecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mudah untuk melakukan perubahan, menolak untuk mengikuti perkembangan, dan tidak mauberusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Akibatnya, tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai umum. Dengan ukuran absolut, misalnya tingkat pendapatan minimum, mereka dapat dikatakan miskin. Tetapi mereka tidak merasamiskin dan tidak mau disebut miskin. Dengan keadaan seperti ini, bermacam tolok ukurdan kebijakan pembangunan sulit menjangkau mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Sedangkan, defenisi menurut UNDP, adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan. Setidaknya terdapat dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia, yaitu kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).
Faktor-Faktor Penyebab KemiskinanÂ
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan:
- Keterbtasan Pendidikan Pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor utama kemiskinan. Tanpa pendidikan yang memadai, seseorang cenderung sulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
- Kurangnya Lapangan Kerja Perkembangan industri yang tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah angkatan kerja menyebabkan banyak orang kesulitan mendapatkan pekerjaan.
- Ketimpangan Ekonomi Ketidakmerataan distribusi kekayaan dan akses terhadap sumber daya ekonomi menciptakan kesenjangan sosial yang semakin memperparah kemiskinan.
- Krisis Ekonomi Fluktuasi ekonomi global dapat menyebabkan meningkatnya angka pengangguran karena perusahaan terpaksa mengurangi tenaga kerja mereka.
- Masalah Struktural Sistem birokrasi yang tidak efisien dan kurangnya dukungan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja turut berkontribusi pada tingginya angka pengangguran.
Dampak Pengangguran Terhadap PerekonomianÂ
Dampak pengganguran terhadap perekonomian yaitu terdapat dua aspek ekonomi: Pertama, dampak pengangguran terhadap perekonomian suatu negara.Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini: