Dengan diriku membuka diri, semua terasa lebih mudah. Hubungan yang dulunya kaku, mulai melunak, yang mulanya takut untuk ketawa, sekarang bisa ketawa lepas. Aku mulai aktif di kegiatan keluarga. Sebagai emak-emak rempong. Tugas utama di bagian dapur dan menjaga kebersihan rumah.
Kami tak pernah menyinggung soal perbedaan agama kami. Bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Saat hari-hari besar, ku sempatkan membuat hantaran, bukan hanya di keluarga suami, tetapi juga tetangga sekitar. Mereka adalah keluarga baru. Cinta kasih ku sebar.
Pada akhirnya semua berakhir indah. Rasa lelah dan putus asa yang pernah menghampiriku sirna. Mereka mulai menerimaku.
Aku terharu saat mertua membuatkanku masakan special, sebab mereka tahu kami tak memakan babi. Mereka juga menghormati kami saat menjalankan ibadah, bahkan mengijinkan kami sholat, ketika kami datang berkunjung dan pas waktu sholat. Subhanallah, adem hati.
Perbedaan tak seharusnya membuat pertikaian. Karena dengan perbedaan, mengajari kita indahnya saling menghargai, membuat dunia ini semakin indah dan berwarna.
Jember 16 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H