Hal ini, sempat membuat saya khawatir dan ada keinginan melakukan aksi protes pada Kepala Sekolah. Sebab,wali murid lainn pun mengalami hal sama. Untungnya, niat itu saya urungkan. Saya merenung dan memposisikan diri saya sebagai guru tersebut. "Oh....mungkin dia lelah dan terlalu banyak beban di pundaknya".
Tak semua guru, menerima gaji yang pantas. Apalagi guru honorer. Duh, tak cukup beli beras sebulan. Dan hebatnya,mereka masih tetep mau menjadi guru.
Bersyukur, anak saya ceria lagi setelah diberi pengertian.
Pikir Dulu Sebelum Bertindak
Akhirnya, pelaporan guru karena “mencubit” muridnya menghentak pemikiran saya. Karena itu bukan salah satu solusi. Malah membuat masalah baru bagi orang tua dan anak. Anak akan menjadi lembek, dan akan bertindak semena-mena nantinya. Sebab, dia akan berpikir orangtuanya akan selalu melindunginya. Dia takkan pernah belajar dari kesalahannya. Maukah anak kita seperti itu?
Pun, begitu sebagai guru. Kita harus benar-benar bisa menahan emosi. pikir dulu sebelum bertindak. Jangan langsung kalap melihat anak didik “yang diluar harapan”. Karena, kita tak tahu cerita di balik semua itu, apakah mereka melakukannya karena emang dari sononya begitu. Atau hanya sebagai aksi protes mereka? Sebab,anak lebih senang diajari dengan cinta, dari pada dengan kekerasan.