“Jangan emosi dulu le,lebih baik kita focus pada kesehatan mbakyumu dulu. Setelah tenang baru kita berpikir selanjutnya”. Mbah Kung berusaha menenangkan Seno.
“Mbah Kung…Ambar tak mau lagi bertemu Ayah. Ambar takut ayah mukulin ibu lagi. Ambar dan ibu tinggal sama mbah kung dan mbah uti saja ya….boleh ya mbah” semua tertunduk mendengar kata-kata Ambar. Mbah Kungnya yang dari tadi berusaha tegar, kali ini tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Malu-malu ia menyeka airmatanya. Tak ada orangtua yang akan tega melihat anak apalagi cucunya menderita.
Melihat itu, Sisca jadi tak enak hati. Dia mencairkan suasana dengan mengajak Ambar jalan jalan dan membeli boneka dibawah. Anak itu menolak, ia ingin menunggu ibunya sadar
***
Kesehatan Jamilah berangsur pulih. Mukti dan keluarganya beberapa kali datang menjenguk dirumah sakit dan kerumahnya. Sayangnya dia tak mau menemui suaminya itu. Wanita itu masih merinding bila mengingat saat dia ditendang dan akhirnya harus kehilangan calon adik Ambar. Cukup sudah derita yang ia rasakan. Ia dan Ambar ingin bebas tanpa perasaan takut lagi.
Mukti tak terima dengan keputusan Jamilah yang menuntut cerai. Ia dan keluarganya berusaha keras memakai segala cara agar perceraian itu tak jadi. Tapi dengan adanya bukti-bukti kuat KDRT pada Jamilah. Membuat Mukti tak bisa berkutik.Jamilah akhirnya bisa bernafas lega.
Tiga bulan setelah perceraiannya. Jamilah ditrima bekerja disebuah Lembaga bantuan hukum. Ia masih tinggal bersama Mbah Kung dan Mbah Uti. Ambar juga senang dengan sekolah barunya. Anak itu lebih ceria sekarang.
Om Sakuntala, alias Tante Sisca tak lagi jadi banci. Sejak pertemuannya dengan Jamilah dan Ambar membuatnya insyaf dan kembali ke fitrahnya sebagai lelaki. Perubahan ini membuat orangtuanya bahagia. Maklum dia adalah anak satu-satunya. Dengan kelihaiannya Om sakuntala mendirikan wedding organizer berikut catering. Kantor Jamilah sering memesan catering mereka saat mereka ada acara. Pelayanan mereka bagus, alhasil bisnis Om Sakuntala berkembang pesat.
***
Sakuntala jatuh cinta dengan Jamilah pada pandangan pertama. Ia ingin melindungi perempuan dan anaknya itu.
Seperti sore ini, dia membawa bunga lili kesukaan Jamilah, Coklat Hersey untuk Ambar dan Martabak manis buat Mbah kung dan Mbah Uti.