Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Balen

11 Maret 2016   09:03 Diperbarui: 11 Maret 2016   16:54 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap hari Parmin pulang menjelang subuh. Mereka hampir tak pernah bercengkrama dan bersenda gurau seperti dulu sedangkan anaknya murung, dia tergolek lemah karena sakit-sakitan, tubuhnya kurus kering seperti orang kekurangan gizi. Padahal makanan berlimpah di rumahnya.

Ntah sudah berapa rumah sakit dan dokter spesialis yang mereka datangi, tapi tak ada satupun diagnosa yang benar. Mereka selalu bilang, anaknya sehat.

Kadang dia kangen kehidupan masa lalu, meskipun mereka melarat tapi bathinnya tenang. Anaknya sehat, ceria dan suaminya punya banyak waktu untuk dirinya.

Bip..bip…suara bbm masuk. Ternyata dari Yu Paerah, wanita yang dulu sering mengejeknya. Mereka berdua akrab seperti prangko sekarang. Kemana-mana selalu berdua.

“15 menit lagi kita sampai”

Sumini kembali mematut dirinya didepan cermin. Ia menjadi wanita cantik sekarang hasil dari perawatan ekstra disalon kecantikan ternama. Sayangnya hal itu tak membuat suaminya betah dirumah.

Tak berselang lama, orang yang ditunggupun datang. Setelah berpamitan dengan anaknya, iapun masuk ke mobi. Di kursi belakang Yu Paerah diapit dua orang lelaki muda. Mereka tertawa terbahak-bahak. Aroma alkohol menusuk hidung Sumini.

Kemarin mereka berdua menang arisan berondong, dan hari ini mereka akan pergi bersenang senang di Villa pribadi kenalan mereka, melupakan segala kejenuhan dirumah. Mobil mereka berjalan membelah keramaian.

Sumini tak tahu sepasang mata menatap mereka dengan penuh kebencian. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tangannya berdarah…

“Sudahlah sayang….biarkan saja istrimu begitu, yang penting kamu memberinya duit, beres! kita juga aman bersenang-senang”. Bibirnya mengecup mesra lelaki itu.

“Hhhhh……” Lelaki itu menghembuskan nafas berat, dadanya sesak teringat anaknya dirumah. Jauh dalam lubuk hatinya,dia merasa berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun