Kertas putih yang perlahan lusuh karena goresan pena yang selalu ia hapus goresannya
Air putih hangat yang selalu ia teguk,sebelum dirinya melakukan kegiatan favoritnya setiap saat
Mencoret-coret kertas putih itu
Lalu melipatnya menjadi pesawat kertas
Ia suka mengumpat dalam dirinya, pada pesan yang ia sematkan di atas kertas putih
Tak ada yang dapat mengerti apa yang hendak ia utarakan atau apa yang hendak ingin ia goreskan
Lalu ia terbangkan ke langit-langit belakang rumah
Ia tak peduli, pesawat kertas itu mendarat dimana
Entah di antah berantah
Atau di antara kubangan lumpur
Ia sama sekali tak peduli...
Aku dapat melihat senyum bersinar miliknya ketika ia berhasil menerbangkan pesawat kertasnya
Mentari yang terbit setiap pagi tak lagi beradu pandang dengannya