Mohon tunggu...
Fidiar_
Fidiar_ Mohon Tunggu... Penulis - Hello, welcome in this room. Enjoy and happy reading!

www.goresanpenakreatif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fase Merindu Berbincang

4 Februari 2019   23:12 Diperbarui: 4 Februari 2019   23:52 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Senja tolong jangan seperti ini lagi, jangan membuatku resah karena sikapmu yang berubah" ujar Langit dalam benaknya.

Semenjak senja berusaha bungkam seribu bahasa tanpa mengajak Langit berbicara sedikitpun. Seperti ada jarak kedekatan mereka, seperti ada batas yang menghalangi kedekatan mereka.
Satu minggu senja bungkam, seperti sewindu ia menghilang. Hari itu sore, Senja akan pamit tuk tenggelam beberapa saat lagi. 

Aku selalu menghitung waktu, ingin berapa lama lagi ia bungkam seribu bahasa terhadapku. Satu.. Dua.. Tiga.. Emp..  Belum sampai aku menghitung empat dalam benakku, tiba-tiba ia memanggilku

"Hai, mengapa kau resah Langit?" ujar senja dengan senyum ramahnya.

"Seperti mimpi saja senja mengajakku berbicara lagi, jika memang ini mimpi...Bangunlah Langit, bangun!! " ujar Langit menggerutu dalam benaknya

"Aku tak resah Senja, aku baik-baik saja " ujar Langit dengan senyum nya

"Kau berbohong, kau sedang resah sekarang" ujar Senja

Entahlah apa yang harus aku lakukan, jika senja sudah berbicara serius tanpa gurauan khasnya.

" Langit, berusahalah jujur padaku.Aku bungkam agar kau tahu tepat di titik mana kau akan bertahan dengan sikap dinginku yang kulakukan padamu" ujar senja

"Bilang saja, jika kau tak dapat bersikap dingin cukup lama dikarenakan kau rindu padaku.. " ujar Langit seraya tertawa

Senja terdiam mendengar ucapan Langit, lalu ia tertawa lepas.

"Ya memang sekarang aku sedang dalam fase merindu memulai topik pembicaraan denganmu lagi" ujar Senja dengan senyum tipisnya

"Lalu mengapa kau berpikir tiba-tiba untuk bersikap dingin padaku?" ujar Langit

"Ya hanya ingin menang darimu" ujar Senja seraya tertawa lepas

"Perilaku Senja memang sangat menyebalkan, iya sangat menyebalkan tapi sangat mudah membuatku jatuh dan terjebak dalam labirinnya, labirin yang ia susun memang sangat sulit untuk aku temui titik akhirnya. Sampai aku benar-benar terjebak dalam labirinnya yang candu. Labirinnya ialah candu bagiku" ujar Langit menggerutu dalam benaknya

"Kau curang Senja.." ujar Langit kesal

"Langit, kuberi tahu untuk kesekian kalinya aku menang dalam hal mengujimu ataupun mengadu lelucon denganmu. Tapi untuk kesekian kalinya aku tak dapat memendam rinduku yang berkecamuk dalam benakku mengenai kita" ujar Senja

Langit tertawa  

"Sudah kuberi tahu padamu,sesederhana apa yang kita lakukan bersama perlahan membuat rindu di kala titik temu tak berjumpa." ujar Langit dengan senyumnya

"Sekarang kita memiliki skor yang sama, bukan? Dalam hal menguji dan perihal merindu. Adil tidak?" ujar Senja

"Kupikir begitu.. " ujar Langit sambil tertawa lepas

Itulah Senja, selalu membuat perasaanku naik turun bak seperti roller coaster yang melaju, memutar pelan lalu melaju kencang.Setelah kami berbincang cukup panjang Senja berpamitan padaku, hari itu sikapnya kembali meleleh seperti es batu yang meleleh menjadi air. Tanpa kusadari, ia benar-benar tahu bahwa aku sedang meresahkan sikapnya yang berubah menjadi dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun