"Ya memang sekarang aku sedang dalam fase merindu memulai topik pembicaraan denganmu lagi" ujar Senja dengan senyum tipisnya
"Lalu mengapa kau berpikir tiba-tiba untuk bersikap dingin padaku?" ujar Langit
"Ya hanya ingin menang darimu" ujar Senja seraya tertawa lepas
"Perilaku Senja memang sangat menyebalkan, iya sangat menyebalkan tapi sangat mudah membuatku jatuh dan terjebak dalam labirinnya, labirin yang ia susun memang sangat sulit untuk aku temui titik akhirnya. Sampai aku benar-benar terjebak dalam labirinnya yang candu. Labirinnya ialah candu bagiku" ujar Langit menggerutu dalam benaknya
"Kau curang Senja.." ujar Langit kesal
"Langit, kuberi tahu untuk kesekian kalinya aku menang dalam hal mengujimu ataupun mengadu lelucon denganmu. Tapi untuk kesekian kalinya aku tak dapat memendam rinduku yang berkecamuk dalam benakku mengenai kita" ujar Senja
Langit tertawa Â
"Sudah kuberi tahu padamu,sesederhana apa yang kita lakukan bersama perlahan membuat rindu di kala titik temu tak berjumpa." ujar Langit dengan senyumnya
"Sekarang kita memiliki skor yang sama, bukan? Dalam hal menguji dan perihal merindu. Adil tidak?" ujar Senja
"Kupikir begitu.. " ujar Langit sambil tertawa lepas
Itulah Senja, selalu membuat perasaanku naik turun bak seperti roller coaster yang melaju, memutar pelan lalu melaju kencang.Setelah kami berbincang cukup panjang Senja berpamitan padaku, hari itu sikapnya kembali meleleh seperti es batu yang meleleh menjadi air. Tanpa kusadari, ia benar-benar tahu bahwa aku sedang meresahkan sikapnya yang berubah menjadi dingin.