(Jika kalian belum baca part-part sebelumnya, disarankan untuk membacanya terlebih dahulu, makasihhh)
Setelah mengunci pintu, ia meninggalkan anak-anak itu dan berubah menjadi sosok yang berbeda dengan sebelumnya. Apakah ia Shapeshifter yang dimaksud itu?Â
------------------------
Shapeshifter, seseorang yang bisa merubah dirinya menjadi siapa pun, dari muka, suara, tinggi, semuanya. Namun, bagaimana ia bisa ada? Apa yang terjadi sehingga ia bisa merubah dirinya? Ramuan? Penyihir? Atau sejak lahir sudah seperti itu?Â
15 tahun yang lalu...
"Christia!!" Suara Ibu terdengar dari luar kamar. Anak tersebut masih tidak mau memakai gaun yang dipakai. Dengan rasa yang berat, ia pelan-pelan memakai gaun berwarna neon pink tersebut.Â
*Anak-anak seusia aku tidak memakai pakaian ini..* Ia berpikir sambil melihat dirinya depan kaca.Â
Rambut panjang yang diikat dua, anting-anting silver berbentuk hati di telinganya, ia sudah tidak mengenali dirinya siapa. Anak itu, yang baru saja berumur 8 tahun keluar dari kamarnya dengan muka yang murung.Â
"Cantik sekali engkau, Nak!!" Ibu tersebut datang dan mencium anaknya itu, seperti 'putrinya' sendiri.Â
*Cantik...?* Ia berpikir sejenak sebelum berkata lagi anak itu.
"Mama.. aku cantik? Aku kan-"Â
"Iya, Nak!! Kamu cantik banget!! Sini sini, Mama dandanin."Â
Semua yang dirasakan anak itu sebuah kebohongan. Ia pikir ia cantik, bukan, ia tahu ia tidak cantik. Ia juga tahu orang tuanya hanya ingin dirinya seperti perempuan, namun, ia saja bukan perempuan.Â
"Mama, aku itu gak cantik. Aku bukan cewek, tahu?" Anak itu berkata lagi, mukanya kesal.
"Walau kamu cowok, kamu akan juga bisa menjadi cewek di masa depan, bukan?" Ibunya berkata lagi sambil melihat suaminya berjalan ke arah mereka.Â
"Wah.. cantik banget putriku!" Ayah dari Christia, anak tersebut, memuji dia, sekanakan anaknya sendiri tidak tahu apa jenis kelaminnya yang sebenarnya.Â
"Iya kann! Dari tadi anak ini selalu komplen tahu! Pake gaun aja gamau tadi disuruh." Ibu dari Christia berkata pada suaminya itu.Â
"Tapi aku kan cowok!" Anak tersebut membantah.
"Hei! Siapa suruh ngomong balik ke orang tua? Gak ada yang ajarin, apalagi seharusnya kamu jadi gadis." Ayahnya menegur.
Namun karena itu, anak tersebut mempunya rasa untuk membantah lebih lanjut. Ia sudah tidak tahan dengan orang tuanya yang hanya melihat dirinya sebagai 'putri' mereka dan bukan 'putra' mereka.Â
Ia tidak mau memakai gaun, ia mau memakai celana dengan baju polos selamanya. Ia tidak mau rambutnya panjang, ia mau  rambuutnya pendek. Ia tidak mau memakai pita, bando, ataupun anting-anting lagi. Ia tidak mau memakai bedak dan lip gloss lagi. Ia tidak mau mengikuti kegiatan ballet lagi dengan rok-rok yang pendek. Ia sudah muak dengan itu semua.
"Aku sudah muak! Aku gak mau jadi perempuan lagi! AKU ITU LAKI!!" Suaranya keras, namun tidak terlalu.Â
"Kamu gak denger apa yang Papamu katakan? Jangan ngomong balik! Kamu itu gadis!"
"AKU BUKAN GADIS! AKU ITU COWOK, LAKI-LAKI, PAPA DAN MAMA GAK BISA NGERTI KAH?" Suaranya makin keras.
Pertengkaran tersebut berlanjut, tak ada hentinya. Sampai-sampainya, anak itu dikeluarkan oleh orang tuanya, tanpa merasa kasihan ataupun bersalah.
Anaknya, Christia tersebut, tidak mempunyai siapa-siapa  sekarang. Ia juga  tak punya teman karena mereka semua mengejeknya dari cara berpakaian dia. Karena itu, Christia tidak mempunyai pilihan lain kecuali tinggal di pinggiran jalan.Â
Mungkin saja ini takdir? Seorang ilmuwan melihat seorang anak lelaki berbaring di pinggiran jalanan memakai baju yang hampir tidak layak dipakai untuk jenis kelamin tersebut. Rambutnya sudah berantakan dan kotor, seperti bajunya. Ilmuwan tersebut merasa kasihan padanya dan memberi anak itu uang.
Tanpa sepengetahuan ilmuwan tersebut, anak itu bangun dari jalanannya dan berterima kasih pada orang itu.Â
"Nak, orang tuamu dimana?" Tanyanya.
"Aku diusir, Pak. Mereka juga gak kasih aku uang."Â
"Apakah engkau mau uang yang lebih banyak dari pada yang tadi Bapak kasih?"
"Boleh, Pak."
"Yasudah, tetapi kamu harus bekerja untuknya, ya? Pekerjaannya tidak berat kok,  hanya melakukan percobaan saja."
Tanpa berpikir lebih lanjut, anak tersebut langsung menerimanya  dan mengikuti ilmuwan tersebut. Lama kelamaan, mereka jadi lebih akrab. Ilmuwan tersebut juga memberikan uang yang ia sudah bilang jika Christia melakukan percobaannya. Anak itu juga menyukai ilmuwan tersebut, terlebih lagi, ilmuwan tersebut memperlakukannya sebagai lelaki.
"Christ!! Ayo, Paman mau melakukan percobaan!!"Â
"Bentar, Paman!" Ia menyaut lalu datang ke lab untuk duduk di kursi percobaan.
"Minum ini."Â
Anak itu meminumnya dan perlahan-lahan mulai berubah menjadi wujud yang lain.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H