"Mama.. aku cantik? Aku kan-"Â
"Iya, Nak!! Kamu cantik banget!! Sini sini, Mama dandanin."Â
Semua yang dirasakan anak itu sebuah kebohongan. Ia pikir ia cantik, bukan, ia tahu ia tidak cantik. Ia juga tahu orang tuanya hanya ingin dirinya seperti perempuan, namun, ia saja bukan perempuan.Â
"Mama, aku itu gak cantik. Aku bukan cewek, tahu?" Anak itu berkata lagi, mukanya kesal.
"Walau kamu cowok, kamu akan juga bisa menjadi cewek di masa depan, bukan?" Ibunya berkata lagi sambil melihat suaminya berjalan ke arah mereka.Â
"Wah.. cantik banget putriku!" Ayah dari Christia, anak tersebut, memuji dia, sekanakan anaknya sendiri tidak tahu apa jenis kelaminnya yang sebenarnya.Â
"Iya kann! Dari tadi anak ini selalu komplen tahu! Pake gaun aja gamau tadi disuruh." Ibu dari Christia berkata pada suaminya itu.Â
"Tapi aku kan cowok!" Anak tersebut membantah.
"Hei! Siapa suruh ngomong balik ke orang tua? Gak ada yang ajarin, apalagi seharusnya kamu jadi gadis." Ayahnya menegur.
Namun karena itu, anak tersebut mempunya rasa untuk membantah lebih lanjut. Ia sudah tidak tahan dengan orang tuanya yang hanya melihat dirinya sebagai 'putri' mereka dan bukan 'putra' mereka.Â
Ia tidak mau memakai gaun, ia mau memakai celana dengan baju polos selamanya. Ia tidak mau rambutnya panjang, ia mau  rambuutnya pendek. Ia tidak mau memakai pita, bando, ataupun anting-anting lagi. Ia tidak mau memakai bedak dan lip gloss lagi. Ia tidak mau mengikuti kegiatan ballet lagi dengan rok-rok yang pendek. Ia sudah muak dengan itu semua.