Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Basuh Kaki

29 Maret 2024   20:11 Diperbarui: 29 Maret 2024   20:27 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembasuhan kaki pada malam Kamis Putih Paroki Kemakmuran. Dok. Komsos Paroki Kemakmuran Paroki BHK.


Ini hanyalah refleksi pribadi akan makna Kamis Putih
.

Dua hal penting yang diperingati pada Hari Raya Kamis Putih adalah pembasuhan kaki dan perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid-Nya.

Dua peristiwa itu menampilkan dua tema besar yang patut kita renungkan, yakni kerendahan hati dan pengorbanan.  Kerendahan hati terwujud dalam praktik membasuh kaki sementara pengorbanan diwujudkan dalam Ekaristi, membagikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai santapan rohani yang menyelamatkan.

Keduanya adalah bukti kasih yang radikal dan total dari Yesus, yang kita imani sebagai Tuhan. Pada akhirnya, kedua tindakan Yesus tersebut mengarah kepada satu pokok, yakni Kasih.

Kasih adalah ciri khas Kamis Putih. Kasih itu tercermin dan terangkum dalam satu pribadi, yakni Yesus Kristus yang memilih menjadi pelayan dan rela berkorban.

Tema itu mungkin terlalu sering kita dengar. Atau terlalu besar untuk kita pikirkan. Atau terlalu melayang-layang. Mari merenungnya dalam pengalaman konkret kita.  Dan kalau kita teliti, hampir semua yang dilakukan Yesus justru sangat dekat dengan keseharian kita.

Yesus, dalam segala warta dan perbuatan-Nya  penuh simbol. Gembala, Domba, penggarap, talenta, pohon Ara, pokok anggur, penabur, benih, penjala ikan, dirham, dan masih banyak lagi adalah simbol-simbol yang sering dipakai Yesus. Simbol-simbol ini diambil dari hal-hal konkrit yang dekat dengan orang-orang zaman itu, seperti petani, nelayan, gembala domba, dan sebagainya.


Dok. Komsos Paroki Kemakmuran Gereja BHK
Dok. Komsos Paroki Kemakmuran Gereja BHK

Tak luput juga ketika Ia mengadakan Perjamuan Malam Terakhir bersama murid-Nya. Simbol-simbol tampak di sana. Dan Yesus bahkan mengarahkan kita pada hal yang lebih dekat lagi yakni 'kaki kita'.

Kenapa kaki yang dibasuh dan bukan yang lain? Kenapa bukan tangan, atau muka yang selalu menjadi citra diri seseorang. Why?

Tentu ada maksud dan makna yang mau disampaikan. Kaki adalah bagian paling rendah dari tubuh manusia. Kaki adalah penopang tubuh hingga tegak berdiri.

Kaki sebagai bagian paling bawah tentu sering kali diabaikan, terutama soal kebersihannya. Kaki sangat dekat dengan tanah, pijakan kita. Kaki rentan dengan noda, kotor, debu, lumpur, dan sebagainya. Kaki terbiasa dengan hal-hal demikian, bahkan kita menganggapnya lumrah.

Noda-noda atau kotor yang menggerogoti kaki seringkali tidak membuat kita tidak nyaman. Lain ceritanya jika noda-noda itu menempel di muka kita. Sesegera mungkin akan dilenyapkan karena merusak citra diri kita.

Baca juga: Jalan Pulang

Kaki rasanya sering dilupakan soal bersih atau tidaknya. Tetapi momen pembasuhan kaki oleh Yesus, agaknya penting untuk kita renungkan. Kenapa kaki dan bukan bagian tubuh yang lain?

 "Sebab Tidak semua kamu bersih", kata Yesus kepada Petrus (Yoh 13:11). Kita sering dengar bahwa yang 'tidak bersih' ini maksudnya Yudas Iskariot. Tetapi, tidakkah kita berpikir bahwa yang sering 'tidak bersih' juga adalah kaki kita (baca: diri kita). Makanya Yesus katakan, Tidak semua kamu bersih.

Sebab, dalam segala tampilan kita yang menawan, cantik, ganteng, memukau dan mempesona, kita membawa serta noda di balik itu semua. Kita tidak selalu bersih.

Dok. Komsos Paroki Kemakmuran Gereja BHK
Dok. Komsos Paroki Kemakmuran Gereja BHK


Yesus mengajak kita untuk melihat kaki kita masing-masing. Ia membasuhnya hingga bersih, di saat kita tidak mau tahu dan cuek dengan kebersihan kaki (baca: diri) kita.

Seperti sering dan bahkan selalu kita cuek dengan kebersihan kaki kita, demikian pun kita sering cuek dengan kebersihan diri kita. Seperti kaki yang merasa nyaman digerogoti oleh noda dan kotoran demikian pun kita sering merasa nyaman dengan kesalahan dan kelalaian kita. Kita tahu itu salah tetapi entah kenapa merasa nyaman saja.

Itulah kemanusiaan kita, yakni kecenderungan berdosa (concupiscencia) sebagai akibat dari dosa asal. Itulah ketidakbersihan kita yang dibasuh oleh Yesus. Tidak perlu menuduh Yudas Iskariot tidak bersih, diri kita pun sering tidak bersih. Maka sikap yang pantas di depan peristiwa pembasuhan kaki para rasul oleh Yesus adalah memberi diri untuk dibersihkan.

Setiap kita penuh noda dan cela. Setiap kita tidak bersih. Oleh sebab itu, ajakan Kamis putih adalah pertama-tama ajakan membasuh atau membersihkan diri terlebih dahulu, bukan sok membasuh atau membersihkan Yudas Iskariot (baca: orang lain).

Kemakmuran; Kamis Putih, 28 Maret 2024!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun