Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Hujan di Pelukan Ibu

3 Maret 2024   15:42 Diperbarui: 3 Maret 2024   16:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tubuhku ringkih...

Tulang-tulangku gemetaran

Dingin tembusi helaian kain baju

Tetesan hujan turun sejak 3 jam lalu

Tak ada tanda berakhir..

Ada yang hilang...

Tidak lagi seperti dulu

Hujan tak pernah segelisah ini

Sebab pelukan ibu adalah perapian

Sehangat api dari tungku kesayangannya

Kini, hujan dan pelukannya datang seperti seonggok rindu

Memaksa rasa yang dulu datang kembali

Yang abadi adalah kenangan

Sementara rasa hangat mungkin tak terulang

Yang bisa hanyalah merindu hujan dalam pelukan ibu

Menghadirkan hangat dalam dekapannya

Juga terutama cinta yang tak terhapus 

Membekas abadi ke masa depan

Hatinya adalah lautan doa 

Menitip buah cinta ke masa depan yang bahagia....

Utan Kayu - Jakarta Timur, 

Minggu, 3 Maret 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun