"Perihal lebih memilih melepaskan  dibanding melukai, memilih pergi sembari  tetap memikirkan kebahagiaan kekasihnya di masa depan, walau ia sendiri remuk dan hancur. "Suatu saat nanti, aku akan pertemukan kamu dengan buah hatimu yang saya kandung ini."  Ia menyimpan segala perkaranya dalam hati dan lalu pergi. Itulah Sriyati, ibunda Pujawati. Perempuan lain juga memilih jalan yang sama. Tetapi lantas tidak sama sekali sama saja. Melepaskan dan memilih hancur daripada harus melukai. Sesaat ia tampak menikmati puncak karirnya, tetapi kemudian terlena dan lupa daratan. Jatuh tersungkur. Namun, jatuh mengajarinya bangkit dan menemukan kebahagiaan pada jalannya. Itulah Kinasih, Sinden idaman para pria, termasuk Wijanarko." (Kesan spontan pasca membaca novel Tuan Dalang_Fidel Haman)
Review bagian 1...
'Hati perempuan dengan segala rahasianya seringkali tak terkatakan. Dalam dan karenanya sering tersimpan hanya untuk dirinya.' Itulah kesan paling kuat ditunjukkan dalam novel 'Tuan Dalang', karangan Dwi Rahayuningsih. Tentang rasa kagum, jatuh cinta, dan hubungan terlarang. Berakhir remuk dan hancur.
Ada dua pilihan. Membiarkan diri hancur lebur dengan rasa kecewa yang akut atau menerima dan lalu ikhlas? Dua hal ini menjadi pergulatan dua sosok perempuan dalam novel ini.
Dua sosok perempuan itu menarik perhatian saya. Perempuan pertama adalah Sriyati. Ketokohannya ditampilkan lewat penceritaan atau kilas balik sang tokoh utama, Wijanarko.
Perawakan dan karakter Sriyati tidak ditampilkan secara langsung. Tidak ada dialog langsung terucap dari mulutnya. Segala hal tentangnya; ciri fisik, sikap, dan karakternya hanya ditampilkan lewat sudut pandang pengarang sebagai orang ke tiga serba tahu. Kilas balik tokoh utama menghadirkan ketokohan Sriyati yang menarik dan mengesankan.
Pengarang melukiskan Sriyati lewat cerita mantan kekasihnya, Ki Maruta dan anak gadisnya, Pujawati kepada Wijanarko. Pujawati ini kemudian menjadi istri terkasih sang tokoh utama di atas, yakni Wijanarko.
Dari kisah mantan orang yang dikaguminya, Ki Maruta dan anak perempuannya, Sriyati adalah perempuan paling ikhlas.
Ia pengagum berat sang Dalang, Ki Maruta. Demi dekat dengan sang Dalang, Sriyati rela belajar sinden walau tidak berbakat sama sekali. Ia menempuh jalan yang tidak ia sukai sama sekali demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Kejujuran mengakhiri perjuangannya walaupun itu tidak sesuai harapannya. Bahkan membuat dirinya remuk dan hancur. Ia jatuh cinta dan punya hubungan terlarang dengan sang Dalang yang statusnya sudah beristri.
Kenyataan ini ia terima sebagai nasib. Sang Dalang berniat menikahinya, namun Sriyati tidak memilih itu. Ia lebih memilih melepaskan angan dan impiannya itu dan menanggung sendiri beban berat pada dirinya. Ia tidak rela merebut kebahagiaan dari istri sang Dalang, walau ia tengah mengandung benihnya.
Ia lalu pergi dan memberi jaminan kepada pria pujaannya bahwa suatu saat ia akan mempertemukannya dengan anak yang dikandungannya.
Bertahun-tahun Sriyati hilang kabar. Buah hati dari hubungan terlarang mereka pun bertumbuh besar dan menjadi gadis yang sangat cantik. Sesuai janjinya, Sriyati mempertemukan anaknya dengan ayahnya, Ki Maruta. Nama gadis itu Pujawati. Kisah kelam Sriyati sehabis menjauh dari Ki Maruta sedikit terekam dalam cerita gadis itu. Darinya pula pembaca mendapat kesan bahwa Sriyati berhasil mendidik putrinya dengan baik walau dalam situasi sulit sekalipun.
Demikianlah kisahnya.
Hal tersulit dari kisah Sriyati tentu saja bukan pengalaman pahit pasca pisah dari sang Dalang. Bukan ketika ia harus melahirkan dan membesarkan anaknya tanpa sosok ayahnya. Hal tersulit adalah awal ketika ia harus memilih jalan yang ia harus lewati.
Memilih ikhlas dan melepaskan dalam keadaan berat (sedang mengandung) dan memutuskan pergi tanpa jaminan masa depan yang baik, serba misteri adalah keadaan tersulit yang dialami Sriyati. Ia lebih memilih hatinya rela diremukkan dibanding merampas kebahagian orang lain. Rela hancur demi kebahagiaan orang lain. Itulah pengorbanan sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H