Mohon tunggu...
Laila Musfidatul Ikromah
Laila Musfidatul Ikromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030065 UIN Sunan Kalijaga

Suka jalan-jalan, hunting foto✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbeda dengan Penanggalan Pemerintah: Lebaran Tanggal 12 April 2024?

17 April 2024   10:35 Diperbarui: 17 April 2024   11:23 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dengan narasumber, Nasywa (dokumentasi pribadi)

Orang-orang menyebutkan bahwa dalam kalender atau sistem penanggalan ini masih berpedoman pada kejawen.

Dalam kalender Jawa yang mereka anut adalah menggunakan sistem 1 windu, alias 8 tahun untuk mencapai satu periode waktu. Setiap windu terdiri dari tahun Alip, He, Jim Awal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jim Akhir. 

Dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan dan satu bulan terdiri atas 29-30 hari yang di kaitkan dengan hari pasaran berdasarkan perhitungan Jawa, yakni Manis (Legi), Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Sesuai dengan penanggalannya, hari dan pasaran pertama pada tahun Alif jatuh pada hari Rabu Wage (Aboge), tahun Ha pada hari Ahad/Minggu Pon (Hakadpon), tahun Jim Awal pada hari Jum'at Pon (Jimatpon), tahun Za/Je pada hari Selasa Pahing (Zasahing), tahun Dal pada hari Sabtu Legi (Daltugi), tahun Ba/Be pada hari Kamis Legi (Bemisgi), tahun Wawu pada hari Senin Kliwon (Waninwon), dan tahun Jim Akhir pada hari Jum'at Wage (Jimatge).

Penganut ajaran Islam yang satu ini mempercayai bahwa kalender serta perhitungan yang dipakai oleh aliran ini telah digunakan oleh para wali sejak abad ke-14 dan disebarluaskan  oleh ulama Raden Rasid Sayid Kuning dari Pajang.

Banyak sudah tersebar penganut ajaran ini, terutama di pulau Jawa. Di Jawa Tengah sendiri, wilayah yang terdapat penganut ajaran ini yaitu Kabupaten Banyumas, Ngawi, Purbalingga, Cilacap, Temanggung, serta Wonosobo.

Salah satu wilayah yang menganut ajaran Islam ini berada di Dusun Binangun, Desa Mudal, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonsobo. Suasana alami pedesaan masih terasa kental ketika menginjakkan kaki di desa tersebut meskipun dibawah terik panasnya matahari.

Selain suasana pedesaan yang masih alami dan sejuk, desa yang berada di lereng Gunung Sindoro tersebut menyuguhi dengan adanya keindahan serta keharmonisan toleransi beragama antar dua penganut kepercayaan.

Di Dusun Binangun tersebut terdapat penganut Islam Aboge atau Alif Rebo Wage yang hidup berdampingan secara rukun dengan kalangan Islam yang menganut ajaran NU (Nahdlatul Ulama).

Penganut serta penghayatan kepercayaan Islam Aboge yang berada di daerah perbukitan yang sejuk dan indah tersebut, saat ini  merupakan yang terbanyak jumlah penganutnya di Kabupaten Wonosobo.

Meski hingga saat ini belum bisa dipastikan dan diketahui kapan mulainya aliran Aboge ini masuk di dusun tersebut, menurut tetua penghayat kepercayaan Aboge di Dusun Binangun, Sarno Kusnandar menyebutkan bahwa hingga saat ini jumlah warga yang menganut kepercayaan Aboge di wilayahnya kurang lebih mencapai hingga 500 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun