Tri Hita Karana Dalam Penggunaanya Sebagai Dasar Kepemimpinan Yang Ideal
Kepemimpinan sendiri dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk memberikan pengaruh kepada individu lain ataupun kelompok guna mencapai target yang telah dicita citakan. Kepemimpinan menurut seorang ahli Sondang P. Siagian, ia mengungkapkan bahwa Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menjabat atau menjalankan suatu posisi sebagai pimpinan organisasi atau perusahaan tertentu dalam mempengaruhi orang lain, khususnya bawahan atau tim kerja lainnya demi tercapainya tujuan dengan mudah. Kepemimpinan merupakan sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karna pemimpin dianggap sebagai kepala atau ketua yang pastinya menanggung dan memegang kontrol seluruh urusan yang berada didalamnya. Tujuan dari kepemimpinan pastinya guna kepentingan khalayak ramai, dapat dilihat dalam hal pekerjaan atau organisasi pasti memiliki tujuan dan target yang hendak dicapai. Kepemimpinan haruslah memiliki fungsi yang penting bagi terlaksanya tujuan bersama, beberapa fungsi tersebut yaitu
1) Fungsi pengendalian, fungsi ini dapat dilihat dimana pemimpin mengendalikan segala pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan oleh anggota nya sesuai deangan tujuan awal dan tidak melenceng dari tujuan utama
2) Fungsi instruktif, fungsi ini sangat menentukan akan terlaksananya suatu tujuan karena pemimpin yang memiliki peran dalam pembagian tugas dan memastikan anggotanya mengikuti perintah yang diberikan
3) Fungsi partisipasi, fungsi ini menunjukkan bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mendorong anggota-anggotanya untuk akti berpartisipasi dan bekontribusi dalam kelompok
4) Fungsi delegasi, fungsi ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai suatu bentuk utusan dari perwakilan kelompok maupun organisasi yang dipilih melalui musyawarah atau secara langsung
5) Fungsi konsultatif, fungsi ini menunjukkan seorang pemimpin menempatkan posisi anggota untuk dapat melakukan konsultasi kepada pemimpin mereka mengenai tujuan yang akan dicapai dan penyelesaian masalah yang mungkin timbul didalamnya
Dalam kepemimpinan juga terdapat tiga aspek penting yang menyokong kepemimpinan itu, seperti : a) Melibatkan orang lain dalam kepemimpinannya, yang dimakhsud orang lain dalam hal ini adalah orang yang menjadi anggota dalam kepemimpinannya. Saat anggota bersedia menerima perintah dan arahan yang disampaikkan oleh pemimpin mereka maka akan memudahkan dan menegaskan posisi dari seorang pemimpin. b) Distribusi yang dicakup dalam kepemimpinan, antara pemimpin dan anggotanya pastilah memiliki distribusi atau pembagian tugas yang berbeda. Pemimpin memang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan anggotanya, namun anggota juga tetap memiliki kuasa dalam suatu kelompok. c) Kemampuan dalam menggunakan kekuasaan yang menunjukkaan kepemimpinan, kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin secara umum digunakan untuk memberikan arahan dan perintah kepada anggotanya. Pemimpin juga diharapkan memiliki etika dalam mengambil keputusan agar pengaruh yang diberikan kepada anggota-anggotanya merupakan hal yang baik pula.
Kemudian Tri Hita Karana dalam penggunaannya sebagai dasar kepemimpinan yang ideal, sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu gaya kepemimpinan yang ideal yaitu gaya kepemimpinan yang dianggap ideal untuk diterapkan seperti gaya kepemimpinan yang memiliki karakter cerdas, jujur, bertanggung jawab, inisiatif, dapat dipercaya, konsisten, tegas dan lugas. Setelahnya mari kita kenali dahulu konsep dari Tri Hita Karana, berasal dari bahasa Sansekerta Tri Hita Karana ialah tiga hal yang menyebabkan dapat terciptanya kehidupan individu bersumber dari hubungan dengan Tuhan, antara individu, dan dengan lingkungan alam.
Gaya kepemimpinan pada umumnya teerdapat empat macam, yaitu : 1) Gaya kepemimpinan otokratis, gaya kepemimpinan ini ialah gaya kepemimpinan yang tidak memberikan wewenang anggota-anggotanya dalam mengambil keputusan. Para pemimpin yang memiliki hak untuk mengambil keputusan dalam kelompok. 2) Gaya kepemimpinan Demokratis, gaya kepemimpinan ini ialah gaya kepemimpinan yang memberikan ruang dan peluang bagi anggotanya untuk menjalankan tujuan yang telah ditentukan. Dalam gaya kepemimpinan ini anggota memiliki ruang untuk berinovasi dan mengungkapkan pendapatnya dalam pengambilan keputusan dalam kelompok, kemudian hasil akhir akan berada dalam kendali seorang pemimpin. 3) Gaya kepemimpinan Laissez-Faire, gaya kepemimpinan ini ialah gaya kepemimpinan yang berbanding terbalik dengan  gaya kepemipinan otokratis. Dimana pada kepemimpinan ini pemimpin memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk mengambil keputusan mengenai jalannya pekerjaan dalam kelompok, pemimpin sendiri bertugas untuk membimbing dan memberi nasihat. 4) Gaya kepemimpinan afiliasi, gaya kepemimpinan ini ialah gaya kepemimpinan yang memperhatikan kebutuhan emosional dari anggota-anggotanya dengan cara mengatur kepentingan antara dua pihak yakni pemimpin dan anggotanya. Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kolaborasi antara pemimpin dan anggota-anggotanya dalam menjalankan tujuan yang akan dicapai.
Istilah Tri Hita Karana sendiri berasal dari kata tri yang artinya tiga, hita yang artinya keseimbangan atau sejahtera, dan karana yang artinya penyebab. Ketiga hal itu ialah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Pembahasan lebih jauhnya maka unsur- unsur dalam Tri Hita Karana itu meliputi : Sanghyang Jagatkarana (Tuhan Yang Maha Esa), bhuana (alam), dan manusia. Tri Hita Karana merupakan konsep atas essensi mengenai hidup dan memelihara kerukunan didalam kebergaman yang ada dalam masyarakat.
Tri Hita Karana dapat diterapkan dalam gaya kepemimpinan yang ideal yang artinya sesuai dengan ketiga unsur yang berada didalamnya. Unsur Parahyangan dapat dilihat apakah seorang pemimpin memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan nya, karena pemimpin yang berkeyakinan akan menciptakan lingkungan yang baik pula kepada anggota-anggotanya. Seorang pemimpin juga diharuskan untuk selalu menjaga hubungan baik antara umat dengan Tuhan nya. Unsur Pawongan dalam kepemimpinan dapat dilihat pada hubungan harmonis yang terjalin antara sesamanya, pemimpin juga harus bisa menjaga komunikasi agar senantiasa terjalin dengan baik, maka yang dilakukan oleh seorang pemimpin yaitu pandai memilah kata yang akan diucapkan, agar kemudian tidak menyakiti perasaan orang lain, dan tidak menimbulkan adanya suatu persepsi negatif oleh kelompok ataupun masyarakat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin juga harus selalu bersikap seimbang dan tidak membeda-bedakan, menilai sesuatu hal tidak hanya melihat dari satu sisi saja namun melihat sisi lainnya, kemudian mengambil keputusan dengan pikiran yang kurang rasional. Menjaga hubungan hubungan dengan anggota ini dampaknya adalah seorang pemimpin akan jauh lebih dipermudah dalam menjalakan tugasnya. Sehingga hubungan antar umat manusia dapat terjalin dengan komunikasi yang baik dan didasarkan pada etika serta tata karma dalam pelaksanaanya. Unsur Palemahan dalam kepemimpinan dapat ditunjukkan bahwa seorang pemimpin memiliki kuasa untuk memerintah dan memberikan nasehat kepada anggotanya untuk senantiasa menjaga lingkungan, karena lingkungan merupakan tempat bagi manusia, hewan dan tumbuhan untuk hidup. Dengan alam kita dapat terpenuhi segala kebutuhan yang kita pergunakan sehari-harinya, maka akan tidak beruntung apabila kita tidak memanfaatkannya dengan baik dan menjaganya. Lingkungan yang bersih dan terjaga akan menjauhkan kita dari berbagai sumber-sumber penyakakit yang dapat mucul dan berkembang disekitar kita, hal itu tentu saja berkaitan dengan kepempimpin dalam mejaga dan mengendalikan kepentingan para anggotanya agar proses yang dilakukan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan dapat terlaksana dengan baik. Pada dasarnya sifat sifat kepemimpinan seorang pemimpin terdapat didalam diri masing-masing, dan akan sukses apabila dalam menjalankan tugas ia laksanakan dengan baik pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H