Mohon tunggu...
Adik Wibowo
Adik Wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Beyond Blogging

Salam! Saya Adik Wibowo, berlabuh di pelabuhan terakhir yaitu Home Sweet Home sambil belajar berliterasi, ngomong di depan kelas untuk trainee perhotelan kapal pesiar dan english MedWist, sarasehan di pendopo bersama komunitas seni budaya. Mengembara selama belasan tahun menjelajah dunia terfasilitasi lantaran menjadi kru kapal pesiar bidang perhotelan. Adalah sangat tidak fair apabila kenangan, pengalaman itu hilang tertelan masa begitu saja. Di sini ingin hati berbagi literasi agar tetap menginspirasi atau menambah perspektif terhadap perjalanan, pengalaman maupun sudut pandang. Terimakasih kepada semua yang telah membaca setiap teks - semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Curhat Perantau - Romansa Volendam#4

16 Januari 2024   08:23 Diperbarui: 16 Januari 2024   15:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menurutku kerja di kapal itu nggak terlalu berat-berat amat Pras, pikiranlah yang berat". Ucap Manggih di gelapnya kamar. Suaranya datar parau.

"Pekerjaan sekedar aktifitas terulang belaka. Siapapun bisa menjalani". Lanjutnya.

"Iya sich, yang berat itu kan pola dan manajemen perasaan bro. Susah dijelaskan tapi kita menjalaninya". Sahut Pras dari upper bed.

"Keberadaan kita ini berada jauh dari keluarga, orang terdekat, orang terkasih. Hal ini menjadikan pikiran itu terkadang ngelantur. Memberontak dan menolak harus bisa survive di sini. Inginnya segera kembali pulang. Meninggalkan yang di sini. Menjauhui mimpi buruk karena tekanan manajemen". Pras bersuara lirih. Menandakan antara sadar dan tidak sadar menuju mimpi panjang perantau. Selain itu, Pras seperti menumpahkan unek-uneknya yang mayoritas dirasa sama oleh yang lain. Dia tumpahkan ke bawah seperti halnya bantal yang kerap jatuh di tengahnya tidur. Kemudian Manggih melemparkannya ke atas. Berulang lagi jatuh dan dilemparkanya lagi ke atas.

Begitulah malam itu curhat yang berulang di ujung yang sama-sama tidak diketahui.  Keduanya lelap tak sadar di kata-kata yang esok harinya tak lagi diingat.

Bagaimana Manggih menjalani kedepannya? Pasrah pada kehendak Yang Kuasa jauh lebih bisa menentramkan dan menyemangati untuk kembali bangkit esok hari. Rutinas dilewati lagi. Manggih kembali dalam kesadaran  bahwa saat ini tetap untuk sebuah perjuangan demi taraf hidup keluarga dan perjuangan mencari modal. Dia masih terinspirasi dengan quote yang ditemukannya di bandara Schipol Belanda silam. "The best time is present time".

Hari berganti. Manggih duduk di salah satu kursi di area kerjanya. Di penghujung kegiatan shift terakhir. Hampir semua orang telah berlalu meninggalkan area.

Cinta !!! ... itu kata-kata yang sesaat didengar Manggih dari Bella. Terngiang dan terbawa hingga penghujung shift kerja hari itu.  

 "Terakhir ketemu di Indonesia waktu itu, aku hanya sedikit bertukar pandang. Aku tak paham kiasan di sorot matanya. Yang kutangkap hanyalah beberapa ungkapan terkait  realitanya masa lalu. Masa di mana ia dalam keraguan atas sebuah hubungan dengan orang lain.  Masa yang sempat ia ceritakan sebagai kenyataan yang membuatku ingin melengkapi kekuranganya. Kalau ada yang menyakiti aku ingin menyembuhkan. Kalau harinya membuat suntuk aku ingin datang dan menghiburnya. Kalau ia mengagumi hal-hal indah aku ingin menyatakan bahwa semua itu tepat untuknya". Sambil membuka kaleng coca cola Manggih berusaha menepis pikiranya yang melantur jauh kesana.

"Benarkah ia telah menutup hatinya untuk orang lain karena sebuah masa lalu?". Pertanyaan itu tiba-tiba muncul dalam benak Manggih.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun