Mohon tunggu...
ficky fauzia
ficky fauzia Mohon Tunggu... -

Ambitious dreamer. Situasional. Independen. Muda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

The Killer Machine (Mesin Pembunuh)

29 Maret 2015   23:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai alternatif solusi lain kutawarkan padanya, aku terus meyakinkannya untuk tidak melakukan pendakian itu. Joe dan aku berdebat, sampai akhirnya aku hanya bisa menarik napas panjang. “Yauda, elu tunggu sini, gue siapin kantong ajaib buat elu.”

Enam bulan sebelum Joe menggedor pintu rumahku untuk terakhir kalinya, ia pindah ke sebuah rumah minimalis dengan pemandangan yang bagus, begitu yang ia ceritakan padaku. Dengan semangat yang sudah sepaket dengan sifat keras kepalanya, dia menceritakan tiap-tiap sudut rumah baru yang dibeli dengan hasil jerih payahnya selama bekerja siang malam membuat program-program komputer. Satu hal yang tidak lepas dari rasa kagumnya, adalah komputer yang ditinggalkan pemilik sebelumnya di rumah itu.

“Kemaren, Bot, gue dapet pesenan chip untuk produk baru perusahaan gue. Berhubung komputer gue belum dipindah dari rumah ortu gue, gue pake komputer punya eks pemilik rumah. Komputernya keren, Bot! Startupnya bisa ngenalin elu pemiliknya apa bukan, ya, gue coba tanya ke makelar rumah buat kontak eks pemilik rumah, tapi doi nggak punya. Kabar buruknya, gue harus nunggu sampe barang-barang paket dari rumah ortu gue sampe ke rumah gue, tapi kabar baiknya, gue mungkin bisa bikin program buat ngebobol komputer itu dan melajarin sistemnya. Gila, Bot, sistem kayak gitu kalo gue jual bisa mahal banget, tuh.”

Disamping kegilaannya terhadap komputer, Joe juga sangat tertarik dengan nominal yang akan dia terima dari hasil karyanya. Tepat setelah mendapatkan komputernya kembali, Joe pontang-panting buat program pembobol supaya bisa masuk ke Desktop komputer. Tapi ternyata nggak gampang. Butuh dua bulan sampai aplikasi yang didesain Joe berhasil membobol masuk cuma untuk Login usernya, sedangkan komputer itu meminta suara dari pemakai komputernya untuk menjalankan perintah didalam setiap aplikasi. Tiga bulan setelah itu, aku menerima pesan singkat darinya. Joe mengabarkan keberhasilannya mendapatkan sistem komputer yang ia cari, dan menyuruhku datang esok paginya.

Beberapa kali aku mendatanginya, aura rumah itu terasa tidak menyenangkan. Terlebih setelah mendengar cerita Joe di Minggu pagi hari itu.

“Komputer itu punya nyawa, Bot!” sontak aku tersedak. “Dua hari lalu, sekitar dini hari, gue berhasil masuk ke command prompt-nya dan ngunduh aplikasinya ke hard disk gue. Gue bikin kopi sambil nungguin proses unduhannya selesai. Tiba-tiba aja pas gue balik, muncul kotak prompt dan isinya nyapa gue.”

“Ebot, Ebot, plis jangan pikir gue gila. Prompt itu udah di program sama pemilik aslinya. Panjang kalo gue ceritain. Pemiliknya, entah gimana caranya, menanamkan karakter pacarnya di dalam komputer itu. Gue bener-bener berasa ngobrol sama manusia beneran.”

“Gue belum bisa ngelepas komputer itu, Bot. Nggak dengan Hima didalamnya. Gue tau bakal butuh waktu lama, tapi gue berniat duplikasi sistem itu buat gue tanamin karakter baru. Butuh waktu lama, pasti, dan biaya yang banyak. Karena itu gue butuh bantuan elu, Bot, gue masih punya satu deadline lagi dan gue nggak bisa ngerjain dua hal ini bersamaan.”

Sejak itu aku sibuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan pemrogramanku sekaligus menyelesaikan pekerjaannya. Komunikasiku dengan Joe tidak terlalu banyak, aku pun tak ingin mengganggunya.

Elen mendekatiku. “Bot.” Wajahnya murung. “gue udah bukan siapa-siapa Joe.”

“Karena dia nggak bawain elu bunga edelweis?” Kening Elen mengerut “Maksud lo, Bot?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun