Mohon tunggu...
Fibri Aryanto
Fibri Aryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Menyukai kesederhanaan dan kejujuran. Belajar menekuni dunia kepenulisan sebagai blogger dan aktif bersosial media. Buku Antologi Cerpen " Terlelah" yang diterbitkan Zahira Media Publisher Tahun 2022.sebagai karya perdana menulis dalam bentuk buku.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuterjatuh Depan Rumah-Mu

17 April 2023   13:00 Diperbarui: 17 April 2023   13:00 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore hari aku pergi memfotocopy buku materi perkuliahan di sebuah layanan fotocopy yang jaraknya kurang lebih dua kilometer dari rumah. Padahal jarak 500 meter ada dekat rumah. Tapi aku memilih yang jauh, karena di sebelahnya ada warnet yang murah. Akupun minta ijin pada ayah untuk keluar rumah.

"Pulangnya jangan malam-malam, jam 10.00 sudah di rumah, " pesan ayahku.

"Iya Pak" jawabku sambil keluar rumah mengendarai sepeda motor honda supra fit. Tak lama kemudian, sampailah aku di tempat fotocopy, tapi buku materi kuliah yang hendak dicopy, ketinggalan di rumah.

"Gak jadi fotocopy nih, tapi aku sudah terlanjur disini, '' pikirku dalam hati.

" ngenet dulu di warnet satu jam saja, nanti baru pulang ke rumah." Akupun pergi ke warnet. Aku pun mulai chating cari gebetan di MiRC dan Yahoo messenger, sebuah aplikasi chatting yang populer di tahun 2000-2005.

Karena keasyikan chating, tidak terasa tiga jam aku berada di warnet. Akupun teringat pesan ayah. Aku harus segera pulang ke rumah, kalau tidak pintu pagar akan dikunci ayah. Pulanglah aku melalui jalan pintas, sebuah jalan kecil yang lalu lintas nya sangat sepi.

Tidak biasanya aku lewat jalan tersebut. Karena selama ini selalu melewati jalan raya utama. Di jalan kecil yang sepi aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang.

Ketika mendekati sebuah masjid, tiba-tiba mataku silau oleh sinar lampu sepeda motor di depanku yang dikendarai seorang ibu bersama anaknya. Akhirnya kaca spion sepeda motorku bersentuhan dengan sepeda motor di depanku. Sepeda motor terasa oleng dan braaak… . motor ku terjatuh dan aku dalam keadaan berdiri.

Dan terdengar suara tangis ibu tersebut, karena motor dan ibu tersebut terjatuh mencium aspal. Rupanya ibu tersebut tangannya terluka. Dan anaknya selamat tidak mengalami luka sedikit pun.

Tiba-tiba banyak warga berdatangan, mereka menuntutku untuk bertanggungjawab untuk pengobatan ibu tersebut. Aku yang sangat ketakutan terpaksa menuruti permintaan mereka, daripada dikeroyok. Padahal aku merasa tidak bersalah.

Maka berangkatlah aku dan ibu tersebut ke Unit Gawat Darurat di sebuah rumah sakit provinsi. Dalam perjalanan aku menelpon ayah, karena terlambat pulang, dan pergi ke rumah sakit dan mohon dijemput, karena motor rusak akibat kecelakaan tersebut.

Di UGD sang ibu langsung dirawat, jari tangannya patah. Bersyukur pada saat penanganan sang ibu, ayahku datang menemaniku, karena pada saat itu uang di dompetku tinggal seratus ribu rupiah. Selama di UGD pikiranku sangat kalut sekali, aku merasa bersalah, tidak taat pada orang tua, ijin pergi sebentar, tapi pulangnya lama. Akhirnya selesai sang ibu selesai dirawat, besoknya kontrol lagi ke rumah sakit.

Malam itu menunjukkan pukul 01.30 WITA, aku dan ayahku pulang. Sampai rumah, aku mandi dan kubersujud di atas sajadah ku sambil meneteskan air mata meratapi kejadian yang telah terjadi pada diriku. Aku merasa telah diberi peringatan dari Allah SWT dengan kecelakaan motor, kuterjatuh di depan rumah-Mu. Ini mengingatkanku bahwa ibadahku masih bolong-bolong dan belum tertib waktu. Aku bersyukur diberi keselamatan tidak mengalami luka sedikitpun. Setelah kejadian tersebut, aku jarang keluar bepergian malam, kalau itu tidak penting.

Kuta Selatan, 17 September 2005

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun