Mohon tunggu...
Fianisa
Fianisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi

Tidur adalah kesukaan, belajar adalah keharusan.

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat Pilihan

Kota Semarang Dibersamai Polusi yang Memuakkan

20 Februari 2023   07:25 Diperbarui: 25 Februari 2023   09:25 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
terlihat pada gambar terdapat kabut kabut tipis (Dokpri)

Di samping itu, usaha untuk mengurangi juga harus kita lakukan. Hal paling mudah ialah membuang sampah pada tempatnya. Meski sudah sering dikoar koarkan, tapi masyarakat masih banyak yang abai. Mengurangi pembakaran sampah dan stop merokok juga sangat membantu.

Tidak lupa menanam tanaman dan membiasakan recycling, ya!

Berbagai upaya pun turut dilakukan oleh Pemkot.

pict by jatengtoday
pict by jatengtoday

Contohnya saja, Pemkot telah menyediakan 250 sepeda listrik yang dapat kita gunakan di sekitar Simpang Lima -- Pandanaran. "Semarang sudah berupaya memperbaiki kualitas dan kemudian kita berharap bahwa dengan pembelian apalagi dengan adanya teknologi ini Semarang bisa lebih baik," tutur Sekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin dalam tayangan Metro Siang di Metro TV, Selasa, 27 September 2022.

Jangan mau kalah dengan pemerintah. Sebagai masyarakatnya, turut serta membantu meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor juga langkah awal yang baik.

Untuk para pengendara, menurut mobil.co.id kita harus mengganti oli setiap 3000-5000 km, karena setelah itu berkendara menjadi tidak nyaman dan sisa pembakaran dari akan lebih berbahaya bagi lingkungan sekitar. Misalnya saja kemarin saat jam padat di Simpang Lima, terjadi kemacetan. Banyak pengendara terlihat terbatuk batuk karena asap yang ditimbulkan dari tiap tiap kendaraan di sana. Ditambah lagi, tak sedikit kendaraan yang mengeluarkan asap hitam mengepul dan berbau tidak sedap.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

pict by Pemerintah Kota Semarang
pict by Pemerintah Kota Semarang

Ruang terbuka hijau juga sedang diusahakan oleh pemerintah untuk ditambah. Menurut suaramerdeka.com, pemenuhan ruang terbuka hijau di Semarang baru 15%, sedangkan UU Agraria menyebut harus 30%.

Akhir 2022 lalu, pemkot juga melakukan evaluasi. Dilansir dari semarangkota.go.id, walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu mengatakan bahwa jika nantinya ditemukan adanya pemanfaatan lahan terbuka hijau yang tidak sesuai dengan Perda RTRW maka akan ada sanksi penindakan hukum atas pelanggaran tersebut. Pihaknya juga telah membentuk tim khusus untuk melakukan analisa terhadap perubahan RTH yang ada di wilayah daerah aliran sungai (DAS) Beringin.

Menanam tanaman di sekitar rumah pun sudah turut membantu program pemkot. Balicaringcommunity.org pun menyebutkan menanam tanaman di sekitar rumah mampu mengurangi polusi udara, menjaga kesehatan mental, mengurangi paparan sinar uv ke kulit, dan mengurangi dampak perubahan iklim. Jika tidak ada tanah pun bukan masalah besar, ada pot dan cara hidroponik yang mampu membuat tanaman tetap hidup.

Nah, sudah tau kan betapa menguntungkan dan merugikan dampaknya? Jadi, ayo menjadi orang yang peduli sekitar dan sadar akan masalah sendiri.

Cintai bumi, kurangi polusi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun