Mohon tunggu...
Fia afifaturrohmah
Fia afifaturrohmah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya mahasiswi IAIN PONOROGO saya sekarang semester 2 di jurusan PGMI

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Pola Asuh dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak

3 Juni 2024   09:56 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menurut Daniel Goleman (1998, hlm. 411), emosi terdiri dari kumpulan perasaan, gagasan, kondisi biologis dan psikologis, serta kecenderungan perilaku. Emosi adalah sensasi mental, seperti pikiran, keinginan, atau kondisi tubuh, yang bisa muncul dalam bentuk emosi negatif seperti ketakutan, kecemasan, kemarahan, kesedihan, jengkel, dan cemburu, atau emosi positif seperti kebahagiaan, cinta, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (dalam Widiastuti, 2015) yang menyatakan bahwa masa bayi ditandai dengan emosi seperti takut (malu, canggung, khawatir, cemas), dan marah (tantrum, neophobia). 

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional anak usia dini, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik dan psikis anak, sedangkan faktor eksternal mencakup stimulasi yang diberikan dan lingkungan, termasuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua.

Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang khas. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini, anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Masa bayi awal adalah masa yang sangat penting dalam perkembangan anak, terutama terkait kecerdasan dan kepribadian. Tahap awal masa kanak-kanak merupakan periode yang paling penting dalam rentang perkembangan manusia.

Perkembangan emosi memerlukan perhatian khusus dari orang tua dan ahli psikologi anak. Cara anak mengekspresikan perasaannya saat berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya disebut perkembangan emosional anak.

Banyak penelitian dalam psikologi menunjukkan bahwa anak dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih bahagia, percaya diri, lebih baik dalam bersosialisasi, dan lebih sukses di sekolah. Anak-anak ini dapat mengendalikan emosi mereka, menjalin hubungan positif dengan orang lain, mengelola stres, dan menjaga kesehatan mental yang baik (Mahsar, 2011:60). Goleman (2001 dalam Mahsar, 2011) mengidentifikasi beberapa ciri anak dengan kecerdasan emosional tinggi, yaitu:

1) Mampu memotivasi diri sendiri.

2) Mampu bertahan dalam situasi sulit.

3) Mampu berkomunikasi dengan baik.

4) Mampu mengendalikan dorongan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun