monkeypox/cacar monyet. Sejak tanggal 13 Mei 2022, WHO telah menerima laporan dari 12 negara non endemis penyakit monkeypox di 3 regional yaitu Eropa, Amerika dan Western Pacific. Menurut laporan WHO per 29 Mei 2022 didapatkan total 257 kasus monkeypox yang tersebar di 23 negara.
Beberapa negara telah melaporkan terjadinya peningkatan kasusSampai saat ini cacar monyet atau MonkeyPox belum masuk dan menyebar di Indonesia, tetapi potensi masuknya penyakit ini tetap harus diwaspadai.
Penyakit monkeypox disebabkan oleh virus Monkeypox (MPXV) yang tergolong dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/lecet, sistem pernafasan, atau melalui selaput lendir (mata, hidung/ mulut).
Terjadinya penularan monkeypox dari manusia ke manusia dapat melalui kontak erat dengan droplet, cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, atau kontak tidak langsung pada benda yang telah terkontaminasi. Ruam, cairan tubuh (seperti cairan tubuh, pus/ nanah atau darah dari lesi kulit) sangat mudah menularkan.
Pakaian, tempat tidur, peralatan pribadi seperti peralatan makan yang telah terkontaminasi virus juga dapat menyebabkan penularan pada orang lain.
Masa inkubasi (durasi waktu dari terinfeksi virus ampai timbulnya gejala) monkeypox yang dilaporkan pada manusia berkisar antara 7 hingga 24 hari, dengan rata-rata 12 hari di Afrika dan 14,5 hari selama wabah di AS. Perjalanan penyakit monkeypox terbagi menjadi 2 fase:
- Fase akut atau prodromal (0 -- 5 hari): flu--like symptoms, demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, pembengkakan kelenjar getah bening pada leher,ketiak dan lipat paha, nyeri punggung dan otot, kelelahan, dan batuk tidak produktif.
- Fase erupsi (sekitar 1 -- 3 hari setelah demam): muncul ruam atau lesi pada kulit biasanya dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam paling sering yaitu pada wajah (95% kasus), telapak tangan dan telapak kaki (75% kasus)
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri/ self limiting disease dengan gejala yang dapat berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Kasus yang berat lebih sering terjadi pada anak-anak dan pasien yang memiliki immunodefisiensi (kondisi ketika kekebalan tubuh terganggu).
Komplikasi penyakit monkey pox yaitu terjadi infeksi sekunder yang dapat menyebabkan sepsis, pneumonia (peradangan paru), ensefalitis (radang otak) dan infeksi kornea mata yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan, serta multiorgan failure. Risiko kematian tertinggi akibat cacar monyet terdapat pada bayi, anak-anak dan individu dengan gangguan kekebalan tubuh.
Diagnosis monkeypox berdasarkan pada manifestasi klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan/atau sekuensing dari spesimen swab tonsil, cairan lesi, krusta/ keropeng kulit, kulit bagian atas lesi/ lesion roof, serum akut dan konvalesen,
plasma darah dan biopsi serta pemeriksaan enzim immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi IgM dan IgG spesifik orthopoxvirus.
Saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus Monkeypox. Terapi pasien meliputi simptomatik untuk meringankan keluhan yang muncul dan terapi suportif meliputi pemberian cairan dan terapi nutrisi yang adekuat.
Saat ini para ahli sedang meneliti penggunaan antivirus "tecovirimat" untuk cacar monyet yang dilisensikan oleh European Medicines Agency (EMA) berdasarkan data penelitian pada hewan dan manusia, tetapi Obat ini belum tersedia secara luas.
Pada kasus suspek, probable, atau konfirmasi harus dilakukan isolasi segera dalam ruangan dengan ventilasi yang memadai, kamar mandi khusus dan tenaga kesehatan khusus yang dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD).
Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi cacar monyet/ monkeypox:
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menuci tangan dengan air dan sabun/ menggunakan Hand sanitizer.
- Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau peralatan yang terkontaminasi.
- Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yg diburu dari hewan liar (bush meat)
- Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya dan menginformasikan kepada petugas kesehatan jika terdapat gejala klinis dengan waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan.
- Pencegahan dan Pengendalian infeksi pada Petugas kesehatan yang merawat pasien suspek, probable atau terkonfirmasi monkeypox secara umum harus menerapkan kewaspadaan standar, kontak, dan droplet dengan menggunakan APD yang lengkap, mencuci tangan, dan membatasi kontak yang tidak perlu bagi petugas yang tidak berkepentingan merawat penderita.
Jika seseorang mengalami ruam, disertai demam atau sakit, mereka harus segera menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat dan memberikan tambahan informasi tentang semua perjalanan terakhir, riwayat kontak seksual, riwayat kontak dengan hewan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan.
Referensi:
- Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Monkeypox .Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal dan Pengendalian Penyakit 2022
- https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox
- https://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/monkeypox.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H