Mohon tunggu...
Fidelis Harefa
Fidelis Harefa Mohon Tunggu... Pengacara - Info Singkat

Berasal dari Pulau Nias, tepatnya di Nias Utara. Saat ini berdomisili di Kalimantan Tengah, Kota Palangka Raya. Co-Founder/Managing Partner Law Firm Kairos

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Internet Bisa Mengubah Hidup Seseorang, Mengapa?

13 Februari 2015   22:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:14 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423816420582435690

Berbagi pengalaman tentang internet, rasanya tidak cukup satu artikel untuk menjelaskannya. Tentu hal ini berangkat dari pengalaman pribadi saya yang sudah menggunakan internet sejak 2003 yang lalu. Tapi karena konteks artikel yang dimaksud oleh Kompasiana berbicara seputar internet di daerah, biar sedikit panjang, saya coba bagikan.

Saya termasuk pengguna internet, boleh dikatakan masuk kategori "ada ketergantungan" pada internet. Secara bertahap saya sudah merasakan kecepatan internet mulai dari koneksi internet yang menggunakan dial-up (telkomnet instant), leased line, wireless line dan VSAT.

Pernah diselingi dengan modem CDMA dan modem GSM yang koneksinya amat lelet. Ketergantungan pada internet menjadikan saya paham dan mengerti sedikit banyak tentang dunia IT (information technology), walaupun tidak masuk kategori profesional seperti yang lainnya.

Saya tidak mengikuti kuliah khusus tentang itu, saya hanya berlangganan majalah CHIP dan PC, kemudian mencoba memetik dan mengolah pengetahuan secara autodidact. Alhasil, saya menjadi bukan sekedar pengguna, tapi berhasil menjadi teknisi, programmer (khusus aplikasi berbasis desktop), lalu menjadi web designer berbasis PHP. Bidang ini saya geluti selama dua tahun (2007-2009). Dengan ini, saya mau mengatakan bahwa internet sungguh sangat bermanfaat bila digunakan dengan baik. Manfaat tersebut malah bisa mengubah hidup seseorang.

Paham Masyarakat Tentang Internet

Layanan yang pertama saya kenal ketika menggunakan internet adalah e-mail. Kemudian, mengenal fasilitas chatting MIRC yang layar hitam itu. Mengenal jejaring sosial bernama Friendster, beralih ke myspace, plurk, skype, twitter, dan facebook saat ini.

Juga, pernah mencoba menggunakan layanan blog gratisan mulai dari blogspot, blogsome, wordpress dan kemudian beralih ke hosting berbayar. Dalam semua kegiatan itu, menggerutu, kecewa, marah-marah, dongkol dan lain sebagainya menjadi teman yang menggambarkan kekecewaan terhadap koneksi internet yang serba lelet.

[caption id="attachment_350943" align="aligncenter" width="537" caption="Dokumen Pribadi: Pengetahuan tentang internet sangat perlu. Maka, sangat perlu pelatihan khusus untuk itu."][/caption]

Dari pengetahuan yang sedikit itu, tahun 2007, saya mulai berbagi pengetahuan dengan orang lain. Sering menjadi tutor setiap kali ada pelatihan, terutama dalam memperkenalkan internet dan layanan-layanan yang ada di dalamnya.

Sedikit lucu, tapi menarik, saya punya pengalaman ketika saya bertanya kepada peserta pelatihan: apa yang anda tahu dengan internet? Mereka menjawab: "internet itu ya e-mail".  Ini menjunjukkan bahwa pemahaman tentang internet di daerah saya tinggal (Palangka Raya) sangat minim. Bahkan, pengguna internet di kantor-kantor pemerintahan saat itu bisa dihitung dengan jari. Demikian juga tenaga kependidikan seperti guru dan dosen, sangat sedikit yang familiar dengan barang yang namanya internet.

Hal ini masih dapat dimaklumi. Saat itu saya sebut masa transisi. Sebutlah bahwa banyak tenaga pendidik dan juga pejabat yang dulu hanya belajar menggunakan "mesin ketik" model kereta api sorong, hahahaha. Karena itu, saya tidak terkejut bila mereka pun masih bingung bila berbicara soal internet.

Bahkan, tidak salah bila saat itu, ada yang memahami internet sebagai dunia kejahatan. Dunia pornografi, dunia penipuan, dunia pelecehan, dunia macam-macamlah, yang menganggap internet itu sangat negatif.

Pusat Layanan Internet Kecamatan Dibiarkan

Pada tahun 2011, mulailah dikenal "Pusat Layanan Internet Kecamatan".Di beberapa tempat, dipasanglah plakat layanan internet kecamatan. Bila mau jujur, plakat itu kebanyakan bertujuan hanya sebagai simbol bahwa sebuah proyek sudah dikerjakan oleh pihak penerima pekerjaan. Masyarakat tidak tahu fungsinya seperti apa. Komputer-komputer yang dihubungkan dengan jaringan internet ini terdiam menikmati debu-debu yang beterbangan, tak pernah tersentuh oleh manusia. Yah, bagaimana mau menyentuh, barang itu tidak dikenal.

Di kota Palangkaraya sendiri, pada tahun 2011 belum banyak yang mengenal internet ini. Barulah ramai setelah ada beberapa ISP (Internet Service Provider) yang berdiri. Ini pun merupakan ISP yang menjual ulang jasa ISP. Saya pernah mendapat pekerjaan untuk membuat website di salah satu instansi pemerintahan. Setelah SPK (Surat Perintah Kerja) keluar, saya mengerjakan website tersebut selama seminggu dan siap "launching". Eh, setelah selesai, satu tahun penuh, tidak ada satu pun artikel di-upload ke sana. Hingga pada akhirnya website tersebut expired dan tidak diperpanjang lagi.

Speed Koneksi yang Begitu Lambat

Ada istilah menarik yang menggambarkan kondisi speed bila bergurau dengan teman-teman. Meng-upload file sebesar 1MB harus dilakukan dengan langkah berikut:

"start upload - pergi rebus air - seduh mie instant - goreng telur dadar - bikin kopi - nikmati selama 20 menit - cuci gelas dan piring - kembali ke depan komputer - upload sukses".


Mau jadi apa dengan koneksi seperti ini? Saya sangat iri ketika seorang teman yang waktu itu berdomisili di Munchen (Jerman) bercerita bahwa speed koneksi download-upload yang mereka pakai di luar sana hampir sama dengan speed saat kita transfer file dari local harddisk di komputer ke removeable disk seperti Flashdisk.

Rindu pada koneksi yang cepat, saya pernah manata koneksi "loadbalance" dengan mengawinkan koneksi leased line (speedy) dan wireless line (dari salah satu ISP). Hasilnya lumayan, pernah mencapai 4MB speed download. Tapi, bayaran bulanannya ke speedy dan ISP besar juga. Akhirnya waktu itu, saya berbagi koneksi dengan membangun RT-RW Net, dengan sistem jual voucher hotspot. Lumayan, biaya koneksi jadi ringan, dan saya bisa menikmati speed koneksi yang lebih besar.

Pengenalan Internet yang Dipaksakan

Sekarang ini, kalau kita katakan sudah sangat banyak pengguna internet, saya tetap mengatakan bahwa banyak di antara pengguna itu dipaksakan. Dipaksa karena ada peralihan kebutuhan di setiap tempat kerja. Memiliki e-mail menjadi syarat mutlak di dunia kerja saat ini. Akhirnya, dari "gaptek" sama sekali, setiap orang harus berani menggunakan internet. Pengguna-pengguna baru inilah yang kemudian dominan menjadi  korban kejahatan di dunia maya saat ini.

Hadirnya telepon pintar laksana bahan karbit yang memaksakan kalangan tertentu untuk berkenalan dengan internet. Membludaklah pengguna facebook di dumay, membludak pula para penipu berkeliaran. Inilah tantangan baru yang harus diwaspadai sambil dibenahi juga.

Upaya Pemerintah

Untuk saat ini, pemerintah masih sulit masuk pada pembenahan di bidang ini. Alasan saya, karena sekarang, pejabat yang memegang pucuk pimpinan di setiap instansi masih didominasi oleh mereka yang berasal dari "generasi mesin ketik" tadi. Pegawai yang sudah menguasai dunia IT masih masuk kategori anak kemarin sehingga sering mereka tidak didengarkan. Dalam rumus saya, pembenahan ke arah lebih baik, berbanding lurus dengan kebutuhan. Ketika internet belum menjadi kebutuhan utama dalam dunia kerja, baik di kantor pemerintah maupun pendidikan, pembenahan infrastruktur pun tidak akan diperhatikan.

Penyedia jasa internet yang ada sekarang murni berasal dari perusahaan swasta. Dan tentu saja ini berorientasi pada bisnis. Hadirnya puluhan ISP yang menjual ulang jasa ISP, aneka promosi produk dari beberapa operator jaringan selular menjadi stimulus bagi masyarakat untuk berlomba-lomba menggunakan internet.

Pembenahan Infrastruktur dan Pelatihan bagi Manusia Perlu Bersamaan

Kalau tadi saya mengatakan bahwa tahun 2007 kebanyakan banyak orang mengenal internet identik dengan e-mail, sekarang di sekitar saya, internet dikenal identik dengan facebook. Memilik akun facebook sudah sangat bangga, karena mereka bisa dibilang sudah bisa berinternet. Begitukah? Saya perhatikan bila sebagian orang berbicara mengenai telepon pintar yang dimiliki, kriteria bagus adalah sudah bisa membuka facebook karena ada internetnya. Telepon model begitu sudah cukup mutakhir, begitulah bahasanya.

Sebenarnya ini merupakan indikasi bahwa masyarakat pengguna internet sudah semakin bertambah. Tapi penggunaan itu masih sebatas identik dengan facebook. Layanan-layanan lain yang dapat dimanfaatkan dari internet masih banyak yang belum mengetahui. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan masih sangat perlu untuk diselenggarakan bila memang internet ini digunakan sebagai fasilitas utama dalam kerja ke depan. Dengan pengetahuan lebih luas terhadap internet, akan meningkatkan tingkat kebutuhan seseorang pada internet. Dengan demikian, tuntutan pembenahan infrastruktur pun menjadi tuntutan utama. Jadi, antara kebutuhan dan infrastruktur itu saling mempengaruhi. Kalau hanya sekedar facebookan, layanan internet dari operator-operator GSM yang ada sekarang sudah lebih dari cukup. Tapi bila ke depan internet diharapkan mampu menjadi lalulintas data antar wilayah, antar kantor, maka sangat perlu untuk menggembleng manusia berkualitas di bidang ini, sekaligus membenahi infrastrukturnya juga.

Koneksi Internet Saat Ini

Rata-rata di setiap instansi pemerintah dan juga lembaga pendidikan menggunakan koneksi internet leased line, yakni koneksi dari Speedy. Koneksi internet ini umumnya digunakan untuk kebutuhan kerja. Kalau untuk kebutuhan pribadi, rata-rata lebih senang menggunakan koneksi internet dari operator jaringan selular seperti Telkomflash, Indosat USAGE, Kuota Data dari 3 (Tri) dan lain sebagainya. Keadaan dimana koneksi internet saat ini, promosi hebat, bukti nol, itu sah-sah saja. Namanya juga profit oriented, yah, tidak ada yang mau rugi. Kita berharap agar ke depan, pemerintah turut memperhatikan kebutuhan akan internet ini.

Biar bagaimana pun, saya tetap patut bersyukur dengan keadaan sekarang di banding tahun 2003. Sekarang saya masih bisa menikmati internet tak terbatas waktu dan lokasi. Kehadiran jaringan selular sudah memberi manfaat yang baik. Pendek kata, semakin baik speed koneksi internet, semakin banyak pula hal yang dapat kita kembangkan, baik kenerja dimana pun kita bekerja maupun pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun