[caption id="attachment_351442" align="aligncenter" width="567" caption="Dokpri: Secreenshoot Google Map"]
Banjir Datang dari Mana?
Bahaya banjir yang mungkin luput dari kewaspadaan masyarakat Kalteng disebabkan oleh beberapa hal yang bila tidak dihentikan, akan mendatangkan bencana besar. Salah satunya adalah penebangan kayu hutan secara terus-menerus tanpa melakukan penanaman kembali. Pulau Kalimantan yang dulunya dikenal sebagai daerah hutan tropis yang luas dan disebut sebagai paru-paru dunia, kini dipertanyakan keberadaanya akibat hutan semakin rusak. Perkebunan Kelapa Sawit pun telah menjadi sebab musnahnya hutan, selain disebabkan juga oleh kebakaran lahan yang terus-menerus terjadi setiap tahun.
[caption id="attachment_351443" align="aligncenter" width="567" caption="(Foto: Rm. Laurensius Ketut Supriyanto): Kayu-kayu ini siap dijual. Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas hal ini."]
Selain itu, terjadinya pendangkalan sungai menimbulkan daya tampung sungai terhadap air sangat berkurang. Pendangkalan ini disebabkan oleh maraknya usaha "Lanting Sedot" oleh para pemburu emas.
[caption id="attachment_351445" align="aligncenter" width="576" caption="Sumber foto dari www.kapuas.info"]
Dari peristiwa banjir kali ini, kita sudah bisa memprediksi keadaan di Kalteng, khususnya pinggiran Kota Palangka Raya 5-10 tahun ke depan bila tidak ada upaya untuk menghentikan segala kegiatan perusakan lingkungan hidup. Luapan air yang menggenangi pinggir Kota Palangka Raya merupakan air kiriman dari hulu sungai Kahayan. Di sanalah terjadi penebangan hutan dan juga usaha-usaha "lanting sedot" seperti saya sebutkan tadi.
"Selamatkan hutan kita, selamatkan jiwa kita, selamatkan anak cucu kita".
Palangka Raya, 16 Februari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H