Pasca vonis hakim terhadap Ahok, para pendukungnya (Ahoker) langsung bereaksi dengan melakukan aksi demontrasi dan pada malam harinya melakukan gerakan 1000 lilin.
Aksi lilin tersebut berbarengan dengan terkejutnya masyarakat terkait dengan kenaikan listrik. Aksi itu dijadikan simbol terhadap ketidakpuasan mereka terhadap vonis hakim yang menjatuhkan dua tahun hukuman penjara.
Dibalik pelaksanaan aksi bakar lilin yang dijadikan simbol terhadap rasa ketidakpuasan, memunculkan dugaan lain. Saya menduga penyalaan lilin itu sebenarnya ditujukan untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif listrik. karena itu lebih singkron dan secara halus menyindir pemerintah yang tidak memikirkan kondisi perekonomian masyarakat.
Kemungkinan itu lebih masuk akal dibandingkan dengan aksi simpatik untuk Ahok. Selain tidak tepat sasaran, aksi bakar lilin untuk vonis Ahok seperti hanya ungkapan bela sungkawa dan memunculkan kebingungan.
Dalam analisa saya, dengan membakar lilin pendukung Ahok menunjukkan kalau Jokowi telah membuat rakyat semakin menderita. Api lilin yang menyala ditengah kegelapan menunjukkan kalau masyarakat sudah sulit hidupnya, tidak mampu lagi membayar listrik kalau lebih mahal lagi.
Dengan naiknya listrik, pendukung Ahok sepertinya ingin memberikan kesan kalau Jokowi telah membuat masyarakat kembali ke era dimana listrik sulit dan langka untuk didapat. Dan saya menduga pendukung Ahok juga ingin menyampaikan kalau Jokowi hanya memikirkan kalangan menengah keatas, dan tidak sensitif dengan kalangan bawah.
Aksi pendukung Ahok juga seperti menyampaikan kalau kenaikan listrik yang tanpa didahului sosialisasi memunculkan keresahan ditengah masyarakat. Apalagi harga kebutuhan pokok juga akan merangkak naik jelang ramadhan.
Saya berfikir pendukung Ahok melakukan aksi bakar lilin tidak mungkin hanya sekedar untuk Ahok yang telah divonis hakim. Sebelumnya kan pendukung Ahok sangat getol menyuarakan hormati apapun keputusan hakim.
Aksi bakar lilin meninggalkan bekas dan dapat merusak lingkungan, juga dapat membahayakan. Sudah ada pengendara yang jatuh karena mereka menginjak bekas lilin yang berceceran dijalan, dan itu seharusnya dapat ditindak secara hukum karena dapat membahayakan orang lain.
Sebagai kelompok yang terdidik, pendukung Ahok tentu paham Gubernur Jakarta non aktif itu masuk penjara karena ulahnya sendiri, dan tidak bisa dikaitkan dengan SARA atau kebhinnekaan. Dari beberapa kali aksi yang melibatkan jutaan umat Islam, adakah rumah ibadah lain yanf dirusak, atau adakah non muslim yang dianiaya?. Malah ada non muslim yang ikut dalam aksi tersebut, mereka merasa apa yang telah dilakukan Ahok merupakan sumber masalah.
Mungkin kita semua masih ingat bagaimana penganten non muslim yang akan menuju gereja katedral mendapatkan pengawalan, malahan dipayungi saat hujan turun. Begitu indahnya kebersamaan dan saling menghormati sesama anak bangsa, dan itu sudah jadi bukti kalau isu SARA hanya menjadi pemutar balikan fakta terhadap apa yang dilakukan Ahok. Â
Pendukung Ahok tidak sebodoh itu, mereka tentu paham kalau mau protes terhadap vonis hakim, silahkan ajukan banding atau laporkan hakim ke KY sesuai mekanisme yang ada. Jangan mau digiring opini yang berpotensi memecah belah keharmonisan Indonesia.
Andaikan dugaan saya ini benar, tapi kenyataannya. Ya sudahlah.
sumberfoto: Kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H