[caption caption="Photo Dokumentasi Pribadi"][/caption]Hari Senin lalu menjelang sore, hujan baru saja reda, jalan di wilayah Witana Raharja Pamulang tergenang air. Salah satunya didepan tempat berjualan kerupuk Pak Ikhsan. Saat motor dan mobil lewat, cipratan air mengenai celana panjangnya dan juga plastik tempat kerupuk. Heran ya manusia, tak punya rasa simpati sama sekali. Susah amat untuk mengurangi kecepatan. Hati saya tak terima, saya tegur yang lewat agar jalani motor dan mobil pelan pelan.
Setiap pulang ke Indonesia, saya selalu sempatkan waktu menjumpai pak Ikhsan, penjual kerupuk tuna netra di wilayah Pamulang Barat . Mengapa saya suka sekali menulis tentang beliau, karena setiap kata yang diucapkan selalu penuh hikmah. Saya sempat menanyakan kabar pak ikhsan pada keluarga, mereka bilang jualannya sudah pindah tak lagi didepan masjid Al Munawaroh, tapi mereka tak berani bertanya mengapa pindah.
Hari ย Rabu lalu, saya datang mencari pak Ikhsan yang ternyata benar sudah pindah ketempat lain yang agak jauh kedalam dari tempat semula di depan masjid Al Munawaroh. Setiap saya sapa dengan salam, ia mengenali suara dan langsung menyebut nama saya sambil menanyakan kabar.ย
Saat saya tanya ย mengapa jualannya pindah, saya khawatir ada yang mengusir. Ia menjawab bahwa didepan masjid pohon tempatnya berteduh sudah dibabat habis, maka pak Ikhsan mencari tempat yang pohonnya rindang biar tak ย kepanasan. Seperti biasa saat saya beli kerupuknya dan ingin memberikan uang untuk putrinya tapi ditolak.
"Terima kasih ibu, tapi maaf saya tak bisa menerimanya. Diluar sana masih banyak yang lebih membutuhkan. Lebih baik berikan pada mereka. ย Saya cukup dari untung kerupuk saja."
Duh pak Ikhsan sungguh teguh prinsip hidupnya, tak ingin dikasihani karena ia merasa mampu mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Sedang diluar sana begitu banyak "oknum" yang tanpa malu menadahkan tangan minta jatah! Belum lagi para koruptor yang ย doyan ngembat uang rakyat. Di mataku para "Pengemis Elit" ini tak perlu di hormati! Mereka sudah tak punya harga diri dan rasa malu. Sedang pak Ikhsan di mata saya sosok yang terhormat.ย
Kemarin hari Senin, dengan naik ojek langganan, ย saya jumpa lagi dengan pak Ikhsan tapi hanya sebentar dengan janji akan membeli kerupuknya saat balik dari bank nanti. Saat saya tanyakan kenapa dia ngga ada minuman, niatnya mau saya beliin nanti tapi katanya sedang puasa. Lalu saya tanya lagi, gimana cara ke masjid kalau mau sholat, katanya jalan kaki. ย
Saya bilang, betapa ย repotnya pak Ikhsan kalau mau sholat harus membawa dagangan yang dipanggul dipunggung sambil membawa kursi kecil. Kalau ditinggal takut dicuri orang. Jawab beliau sambil tersenyum " Biasa saja sih bu, saya tak merasa repot. ย Jalan dari sini ke masjid paling lama 10 menit. " Tak pernah saya dengar ia mengeluh, sebaliknya selalu bersyukur dan sabar.
Selesai semua urusan, tiba tiba hujan turun deras sekali walau hanya sebentar. Tiba ditempat pak Ikhsan ย saya lihat ada air hujan tergenang tepat didepan tempatnya berjualan. ย Saat ada mobil lewat ย celana pak Ikhsan ย kecipratan air. Saya pikir ย gimana sholatnya kalau celana kotor. Untung dagangan didalam tas plastik besar yang ada resletingnya. ย Kesal juga sih saat itu, koq ngga punya perasaan bawa mobil kencang tak mikir ada penjual kerupuk tuna netra menggelar dagangan.
Saya berdiri tepat didekat genangan air dan ingin tahu bagaimana cara pengendara lain melewatinya. Ternyata ada lagi sepeda motor yang lewat tanpa mengurangi kecepatan. Langsung saya teriak, "Mikir dong kalau bawa motor! lihat nih ada pedagang tuna netra kecipratan celananya!" Pengendara lain yang mengikuti dari belakang langsung jalan pelan sekali, tapi ada juga yang cuek saja.
Akhirnya saya ย bantuin ย pak Ikhsan memindahkan dagangan karena banyak pengendara mobil dan motor ngga punya perasaan. Kalau saya sudah pergi pasti ia ย kecipratan air lagi. Pindah agak kekanan dan posisi aman, sayapun pergi mengucapkan salam.
Saya menghimbau kepada teman teman yang kebetulan lewat di Witana Raharja Pamulang, mohon beli kerupuk pak Ikhsan walau satu saja. Posisinya tak lagi didepan masjid tapi agak kedalam dipinggir jalan yang pohonnya rindang. Jika kita memasuki wilayah Witana Raharja, lewati masjid Al Munawarah belok kanan dan posisi disebelah kanan jalan. ย Disanalah pak Ikhsan berteduh dari panas dan hujan sambil berjualan kerupuk ikan.
ย Tulisan teman Kompasianers tentang pak Ikhsan :
1. Ikhsan, tuna netra penjual kerupuk bangka
2.Ikhsan tuna netra penjual kerupuk dan kunker komisi delapan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H