Mohon tunggu...
Feti nurlaily
Feti nurlaily Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semoga bermanfaat

Ini saya bukan anda

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja Kala itu

19 Juni 2019   17:23 Diperbarui: 19 Juni 2019   20:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja kala itu
Melukis indah kanvas langit dengan tinta keabadian sang pencipta. Kolaborasi warna elok memadu indah langit-langit biru. Binar sinar surya menjadi penyempurna.

Indah, namun sayang ia akan segera menghilang lalu malam datang dengan semua kepekatan. Menghapus warna-warna indah yang sempat terpadu. Lalu terurai dan berganti kepekatan nan legam.

Ku duduk termenung, tatapku tak ingin ku akhiri sore ini. Pada senja yang begitu sangat ku nikmati. Pada batas ambang kanvas keabadian.

Tatapanku melekat tajam. Sesekali kursi ini ku ayunkan, ku seduh teh hangat yang ku tiup dengan tabah. Nikmat ini akan berakhir, tak perlu ku merasa sesal. Karena sejatinya semesta tiada kekal.

Elokmu nikmat yang patut ku syukuri, semoga kaki bijak dalam berpijak pada bumi, tangan ini tidak bertambah panjang dalam merangkus bumi, akal ini tak menjadi angan yang picik dalam merajai bumi.

Kota santri, 19 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun