Dalam kaitan dengan penampilan diri, apakah saat itu aktor mengekspresikan pengalaman yang dimilikinya, apakah dia bersungguh-sungguh dengan yang dia katakan/ekspresikan, atau dia hanya mengarang pengalaman yang dia ekspresikan (kesan palsu). Bagi Habermas, sangat tepat jika tindakan dramaturgis dikelompokkan sebagai konsep yang meyakini adanya dua dunia, yaitu dunia internal dan dunia eksternal. Ujaran-ujaran ekspresif menampilkan subjektivitas sebagai suatu yang terpisah dari dunia eksternal, aktor siap mengobjektifkan dirinya terhadap dunia eksternal.Â
Keempat, teori tindakan komunikatif. Tindakan ini mengacu pada interaksi dari paling tidak dua orang subjek yang dapat berbicara dan bertindak, yang membangun hubungan antar personal. Aktor berusaha mencapai pemahaman tentang situasi tindakan dan rencana bertindak untuk mengoordinasikan tindakan mereka melalui kesepakatan. Masing-masing aktor melakukan interpretasi terhadap definisi- situasi yang menjurus kepada terjadinya konsensus. Habermas menekankan bahasa (media linguistik) sangat penting dalam tindakan komunikatif ini."
Dalam hal tindakan ini harus dijelaskan pengertian seperti apa tercapainya pemahaman dalam bahasa dipandang sebagai mekanisme yang mengoordinasikan tindakan. Habermas dengan sengaja menekankan hanya dalam tindakan komunikatif, karena tiga alasan: pertama, dalam tindakan teleologis, bahasa digunakan hanya sebagai media pembicara yang ingin mencapai keberhasilannya sendiri. Kedua, dalam hal 1956 tindakan normatif, di mana bahasa digunakan sebagai media yang mentransmisikan nilai-nilai budaya dan membawanya ke suatu konsensus yang semata-mata direproduksi lewat tindakan pemahaman tambahan masing-masing. Artinya, bahwa tindakan konsensual dari orang-orang yang hanya mengaktualisasikan kesepakatan normatif yang telah ada. Â Ketiga, dalam hal tindakan dramaturgis bahasa digunakan sebagai media presentasi-diri. Bahasa diasimilasikan ke dalam bentuk ekspresi stilistik, yaitu penggunaan bahasa dan gaya bahasa dan estetis. Sedangkan tindakan komunikatif lebih mengutamakan bahasa sebagai media komunikasi bebas tekanan, di mana pembicara dan pendengar dalam berelasi dan berkomunikasi secara simultan merujuk pada hal-hal yang ada di dunia objektif - yang sedang terjadi.
Dalil Dialetika Komunikasi Yang Baik
Dalil Dialetika Komunikasi Yang Baik dan Komperenshif, Dalil ini menekankan bahwa komunikasi yang baik harus memenuhi beberapa prinsip dasar Berikut  beberapa ciri komunikasi yang baik meliputi:
1. Kebenaran (Propositional Truth)
adanya keselarasan dengan adanya dunia empirik, data, dan disertai pandangan yang objektif.
2. Kejujuran (Subjective Truthfulness)
adanya kesesuaian antara dunia batin dengan realitas ekspresi seseorang.
3. Ketepatan (Normative Rightness)
adanya kesesuaian dengan norma/aturan sosial yang mendasarinya.
Sistem dan Lifeworld dalam Pemikiran Jurgen Habermas