Hal ini masuk akal, sebab sesuai dengan instruksi pemerintah yang tidak memperbolehkan sistem pembelajaran untuk dilakukan secara tatap muka, sebab fenomena orang terkonfirmasi positif tanpa gejala masih bergentayangan menghantui para peserta didik dan semua orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan jika dipaksakan bertatap muka.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dibaca, bahwa fenomena orang terkonfirmasi positif tanpa gejala adalah fenomena carier COVID-19 yang dapat dengan cepat menularkan ke orang lain yang berkontak erat dengannya, sehingga fenomena sekolah daring diharapkan dapat memutus rantai penyebaran COVID-19 dan diharapkan mencegah terjadi munculnya klaster baru yang dapat mengakibatkan ledakan jumlah COVID-19 di Indonesia.
Kembali lagi ke judul apakah SFH tersebut aman dan efektif? Ditinjau dari beberapa sudut pandang saya selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di rumah tampaknya untuk kata-kata "aman" mungkin iya, sebab dengan adanya fenomena SFH mencegah terjadinya kontak erat antara satu manusia dengan manusia lainnya (dalam hal ini guru dengan murid, dan murid satu dengan murid lainnya) sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya transmisi COVID-19 di antara mereka.
Namun, untuk ditinjau dari sudut pandang kata yang kedua, yaitu kata "efektif" mungkin menurut hemat saya, kurang efektif karena dengan adanya SFH seakan-akan seperti pendidikan tersebut seperti ada di perguruan tinggi. Maksud saya adalah: kalau sudut pandang saya sebagai Mahasiswa Strata-2 (S2) mungkin tidak apa-apa dan di balik kata tidak apa-apa tersebut terdapat satu tanda tanya yang besar mengingat secanggih-canggihnya belajar dengan sistem daring, tidak akan pernah dapat menggantikan sistem pembelajaran tatap muka.
Sudut pandang yang lain, orang tua dalam hal ini menjadi bertambah kewajibannya di dalam kegiatan belajar mengajar putra-putrinya di rumah. Fenomena SFH berarti mau tidak mau orang tua terlibat langsung di dalam kegiatan belajar para putra-putrinya di mana para orang tua selain disibukkan dengan mencari nafkah di tengah pandemi COVID-19, masih ditambah lagi dengan mengurus pendidikan putra-putrinya yang mana belum tentu semua orang tua mampu dan menguasai pembelajaran putra-putrinya.
Jadi memang dapat diambil kesimpulan untuk kata tanya di judul yang kedua yaitu keefektifan jelas kurang efektif, karena terdapat beberapa hal yang tidak dapat menggantikan proses belajar mengajar di sekolah secara offline atau tatap muka bila dibandingkan dengan daring atau online.
Namun karena keadaan tidak memungkinkan, maka siap tidak siap dan mau tidak mau kita harus siap di dalam melaksanakan instruksi pemerintah yang mewajibkan untuk SFH sampai pandemi COVID-19 ini berakhir.
Kita selalu berdoa mudah-mudahan Pandemi COVID-19 tersebut segera berakhir dan vaksin COVID-19 yang saat ini telah masuk pada uji klinis fase yang ketiga dapat lancar dan segera memasuki ke fase keempat sehingga tidak ada kekhawatiran yang mendalam akan penularan COVID-19 dan kegiatan belajar mengajar dapat segera menjadi normal kembali
Salam Sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H