Komitmen tersebut telah terjabar pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang disusun oleh Bappenas yaitu bahwa pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen - 6,17 persen, dengan catatan harus ada reformasi ekonomi, akan tetapi tanpa reformasi ekonomi sulit untuk di atas 5 persen, merasa penting untuk terus mendorong ekonomi dari sisi pasokan meskipun ketidakpastian global masih tinggi. Pasalnya, langkah ini merupakan kunci agar pertumbuhan lebih tinggi bisa dicapai pada tahun-tahun berikutnya.
Persoalan kedepan adalah meningkatkan perekonomian dan stabilitas terhadap perdagangan dalam negeri, agar dapat memenuhi target yang ingin dicapai, akan tetapi setelah mengalami rebound dari resesi global yang besar (2007-2009), laju pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia menurun pada periode 2010-2014.Â
Yang paling menyebabkan kekuatiran adalah semakin menurunnya laju pertumbuhan perekonomian RRT. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini bertumbuh 6,7 persen pada basis year-on-year (y/y) pada tahun 2016, level terendah dalam 26 tahun terakhir. Menurunnya ekspansi perekonomian di RRT segera memberikan dampak pada Indonesia karena kedua negara adalah mitra dagang yang penting (RRT berkontribusi untuk hampir sepersepuluh dari total ekspor Indonesia).Â
Diperkirakan bahwa untuk setiap penurunan 1 % dari pertumbuhan PDB RRT, ekspansi perekonomian Indonesia berkurang 0,5 persen. Meskipun ekonomi China mengalami rebound dengan pertumbuhan ekonomi 6,9 persen (y/y) pada tahun 2017, laju pertumbuhan ekonomi negara ini diperkirakan akan mereda di tahun-tahun depan karena ekonomi China sedang mengalami beberapa perubahan struktural.
Kondisi Perlindungan Konsumen yang masih jauh dari harapan, baik pada level kebijakan dan regulasi, maupun pada implementasinya (substansi, struktur, dan culture hukum). Pendekatan terhadap perlindungan perlindungan adalah multi sektor dan perspektif, oleh sebab itu tidak dapat didekati hanya dari hukum bisnis akan tetapi melekat pada Hak Asasi Manusia.
Pengaruh ekonomi digital telah menjalar keberbagai pelosok pulau terjauh di indonesia, smartphone telah dibutuhkan semua masyarakat, sehingga lebih mudah pula mengakses berbagai konten atau aplikasi yang dibutuhkan juga, seperti berinteraksi di media sosial hingga berbelanja.
Ketergantungan pada ponsel pintar akan terus meningkat. Alasannya yang pertama, yaitu semakin banyak layanan berbasis aplikasi yang mengakomodir kebutuhan sehari-hari.Â
Tidak hanya untuk transportasi dan membeli makanan, layanan berbasis aplikasi juga semakin jamak dipakai untuk membayar tagihan rumah tangga dan pemenuhan kebutuhan anak. Alasan kedua, mayoritas konsumen di Indonesia masih menjadikan smartphone sebagai pencarian utama ketika berbelanja online.
Market Place
Keberadaan ekonomi digital terhadap e-commerce sangat mempengaruhi perilaku konsumen hingga sistem transaksi, Melihat data Lazada tentang perilaku konsumen, tingginya ketertarikan pada smartphone juga masih akan berlanjut pada tahun ini, terutama saat festival belanja musiman seperti Ramadan, Singles' Day, dan Harbolnas.Â
Jika mengamati interest over time pengguna internet dalam hal berbelanja online setahun belakangan, orang-orang juga mempertimbangkan kualitas ketika mencari barang yang diinginkan di internet. Mengacu pada Google Trends, kata kunci "bagus" memperlihatkan grafik peningkatan dalam periode gelaran festival belanja akhir tahun seperti 11.11 dan Harbolnas.