Mohon tunggu...
Fery Farhati
Fery Farhati Mohon Tunggu... Lainnya - Parent Educator

Parent Educator | Full time mom | Happily married to Anies Baswedan, blessed with 4 wonderful children.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKK Penerus Perjuangan Kartini

25 Juli 2023   10:24 Diperbarui: 16 Oktober 2023   01:32 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kegiatan kader PKK di Posyandu. (Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO)

"Perempuan Kurang Kerjaan". Itulah plesetan dari akronim PKK yang pernah dilontarkan untuk organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. 

Padahal, organisasi yang berdasarkan Perpres dan Permendagri itu memiliki "otot" massa kaum perempuan yang sangat besar. Dari segi keanggotaan saja, anggota PKK yang tersebar di seluruh provinsi mencapai kurang lebih 4 juta kader. Di Jakarta sendiri, ada 207.971 kader.

Sebutan "kader" sendiri itu sudah menunjukkan semangat sebuah "pergerakan" di benak para anggotanya. Kebetulan, mayoritas atau sekitar 90% anggotanya adalah kaum perempuan.

PKK berawal dari Seminar Home Economic di Bogor pada tahun 1957, yang saat itu menghasilkan rumusan 10 Segi Kehidupan Keluarga. 

Salah satu kiprah PKK yang membuatnya mencuat ke pentas nasional adalah ikhtiar mengatasi busung lapar di kawasan Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pada tahun 1967. 

Pada tahun 1972, Mendagri atas perintah Presiden RI saat itu mengirimkan perintah kepada para Gubernur di seluruh Indonesia untuk mengubah kepanjangan PKK dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. 

Pada tahun 2000, singkatan PKK menjadi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor 53 Tahun 2000. Pengubahan nama ini seiring dengan penyesuaian tujuan pokok dan fungsi PKK yang berperan lebih luas di masyarakat.

PKK menjadi kekuatan nyata di lapangan, karena mampu menampung dan menyalurkan semangat kaum perempuan. Di momen bulan April ini, kita merayakan Hari Kartini untuk mengenang jasa Ibu Kartini yang ingin kaum perempuan diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan dapat berdaya dalam membangun ekonomi keluarganya. 

Ibu Kartini dalam beberapa suratnya yang dikirim ke sahabatnya di Belanda menunjukkan keprihatinannya atas kondisi perempuan di daerah Jepara, Jawa Tengah. Surat-surat itu dikelola oleh Mr. J. H. Abendanon dan dijadikan buku dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang terbit pada tahun 1911. 

Buku ini menginspirasi kaum perempuan di tanah air dan dunia sehingga pada 1964 pemerintah menganugrahkan gelar pahlawan nasional kepada ibu Kartini. 

Semangat inilah yang masih dapat dirasakan dalam hampir semua kegiatan PKK di tanah air. Kebersamaan selama 5 tahun di Jakarta merupakan pengalaman yang membukakan mata kami bahwa peran kader PKK sangat instrumental dalam menyukseskan program pemberdayaan keluarga dan masyarakat dari pemerintah. 

Energi besar kaum perempuan itu tersalurkan dengan baik berkat PKK. Ada 10 Program Pokok PKK, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pembinaan sampai fasilitasi, telah dilakukan oleh 4 Kelompok Kerja (Pokja). 

Para kader PKK sudah semakin luas peran dan tanggungjawabnya, termasuk juga di dalamnya kader Jumantik, Kader Dasawisma, dan kader Posyandu. 

Tiap kader memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik antara lain menggerakkan, mendata, dan menyuluh. Kader Jumantik, misalnya, tidak saja memastikan tiap rumah bebas dari jentik nyamuk, tetapi juga memastikan bahwa tiap rumah memenuhi syarat sebagai rumah sehat. 

Kader Dasawisma bertanggung jawab atas 10-20 rumah tangga dan memiliki peran dalam mendata, menggerakkan, dan menginformasikan. Kader Posyandu, memantau tumbuh kembang anak, memastikan asupan gizi anak terpenuhi serta memberikan kesadaran tentang pentingnya pola asuh yang baik. 

Kader PKK memiliki potensi besar yang masih belum banyak dikembangkan. Faktanya, willingness to learn atau semangat belajar mereka amat tinggi. 

Pengalaman terkait ini adalah ketika mengadakan forum SDGs (Sustainable Development Goals), para kader begitu antusias dan cepat dalam menangkap materi. 

Hal ini dipermudah juga karena SDGs kurang lebih terangkum dalam 10 program pokok PKK yang terus dilaksanakan dan sejalan dengan apa yang ingin dicapai secara universal. Selain menambah wawasan, forum tersebut memberikan pencerahan bagi para kader: Gerakan mereka mengakar ke bawah namun memiliki dampak yang mendunia. 

Intangible, yet instrumental

Dampak atau outcome PKK yang signifikan tersebut banyak yang tidak kasat mata (intangible). PKK hadir bukan sekedar memajang karya saja, tetapi memberikan dampak positif dan berkelanjutan. Keterbatasan pemahaman tentang kaum perempuan di akar rumput terkait kebutuhan masyarakat hingga lingkup keluarga membuat PKK instrumental. 

Melihat begitu signifikannya peran Kader PKK bagi pembangunan, mereka bisa diandalkan untuk menjadi garda terdepan kesejahteraan keluarga. Keberagaman dalam tubuh PKK merupakan kekuatan tambahan dalam bergerak mengatasi berbagai masalah sosial. 

Kader PKK berasal dari berbagai kalangan, berbagai profesi, baik yang muda hingga lansia, berbagai suku, agama, dan ragam tingkat pendidikan. Yang lebih strategis lagi adalah perannya dalam membangun masyarakat yang guyub dan rukun. 

Para kader menjadi sosok kompeten dengan pengetahuan lapangan yang kuat serta rasa kepemilikan terhadap masalah yang tinggi (dedicated). 

Kontribusi PKK ke depan adalah membangun kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai pihak. Kader PKK adalah aset dalam memahami kondisi riil masyarakat. Sebagai contoh, kolaborasi antara PKK DKI Jakarta dan ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) Indonesia berhasil mewujudkan ruang bergerak yang nyaman dan aman di beberapa kampung dari sudut pandang perempuan. 

Contoh lainnya, selama pandemi, kader PKK terus bergerak meneruskan berbagai informasi dan mendata keluarga serta kebutuhannya di tengah ancaman kematian akibat virus Covid-19 yang tinggi. Jakarta mampu membangun data lengkap keluarga hingga 70% penduduknya berkat para kader PKK juga. 

Data sistem Carik Jakarta, yang merupakan hasil olahan data lapangan milik para kader ini, membantu Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat menyediakan dukungan bagi yang terdampak Covid-19.

Melihat berbagai tantangan yang ada, sudah saatnya pemerintah, swasta dan berbagai pihak secara serius melibatkan Kader PKK di seluruh Indonesia sebagai mitra strategis mereka dalam merancang serta melaksanakan berbagai inisiatif.

Pantang pulang sebelum kelar. Moto ini yang menjadi pegangan para kader PKK. Para perempuan yang memilih jalan terjal menyejahterakan keluarga dan masyarakat, bukan untuk tampil dan mendapatkan apresiasi, melainkan memberikan dampak dan manfaat bagi sekitar. 

Seperti Kartini yang tangguh dan berdedikasi, para kader PKK juga akan siap menjalankan dan mengawal setiap program hingga ke pintu-pintu rumah setiap keluarga Indonesia dengan sebaik-baiknya. 

Tulisan ini saya persembahkan untuk seluruh Kader penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga di penjuru Indonesia. Semoga semangat para kader penggerak terus berkobar untuk menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kesejahteraan keluarga. PKK adalah wadah bagi perempuan untuk berdaya, berkarya, dan berdampak.

Artikel ini pernah tayang di Kompas.id edisi Jumat, 21 April 2023. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun