Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenal "Saudi Aramco" Perusahaan Paling Menguntungkan di Dunia, Segera Go Public

19 November 2019   14:54 Diperbarui: 19 November 2019   14:59 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini akan saya awali dengan pertanyaan, Perusahaan apakah yang paling menguntungkan di dunia ini? Apple? Amazon? Google? Alibaba? Nop tak satu pun diantara mereka yang bisa disebut paling menguntungkan. Menguntungkan iya betul, tapi Perusahaan yang "paling" menguntungkan adalah perusahaan minyak milik pemerintah Arab Saudi bernama Saudi Aramco.

Menurut Laporan Keuangan Tahun 2018 Saudi Aramco berhasil mencatatkan keuntungan senilai US$ 111 milyar dolar atau setara dengan Rp. 1.554 triliun. Sedangkan Apple yang sempat dianggap orang sebagai perusahaan paling menguntungkan, pada tahun yang sama mencatatkan keuntungan hanya setengahnya dari keuntungan yang diraih Saudi Aramco yakni US$ 60 milyar dolar.

Roda bisnis Saudi Aramco mulai bergulir pada tahun 1933 ketika Perjanjian eksplorasi minyak di tandatangani antara Kerajaan Arab Saudi dengan perusahaan minyak asal Amerika Serikat Standar Oil Company of California (SOCAL) .

Untuk menindaklanjuti kontrak kerjasama tersebut dibuat lah anak perusahaan SOCAL, dengan nama The Californian Arabic Oil Company (CASOC). Mulailah eksplorasi dilakukan di sepanjang gurun Arab Saudi. 

5 tahun kemudian, tahun 1938 barulah ditemukan ladang minyak yang memiliki skala ekonomis  berlokasi di Dammam 7, sumur minyak pertama itu kemudian diberi nama "Prosperity Well".

Memasuki tahun 1940 produksi minyak mulai berjalan lancar, minyak mentah yang dihasilkan menyentuh angka 500.000 barel/hari. Kemudian pemerintah Arab Saudi dan SOCAL sepakat mengganti nama perusahaan minyak tersebut menjadi The Arabia America Oil Company (ARAMCO).

Aramco kemudia berkembang sangat cepat karena beberapa ladang minyak kembali ditemukan dan teknologi yang dipakai dalam pengeboran minyak mulai bertambah modern. Tahun 1951 produksi minyak mereka menyentuh 1 juta barel per hari, tahun 1962 produksi minyak naik lagi menjadi 5 juta barel per hari.

Selain itu transformasi dalam manajemen perusahaan terus dilakukan oleh pemerintah Saudi Arabia, kepemilikan saham atas Aramco terus dinaikan sampai akhirnya pada tahun 1980 Kerajaan Arab Saudi membeli seluruh saham SOCAL, Aramco menjadi 100 persen sahamnya dimiliki Kerajaan Arab Saudi, yang kemudian berganti nama seperti yang kita kenal sekarang Saudi Aramco.

Saudi Aramco kembali bertransformasi dari perusahaan kilang minyak dan eksportir minyak menjadi sebuah perusahaan minyak yang terintegrasi, Usahanya pun mulai merambah Amerika dengan memiliki pengolahan minyak mentah terbesar di Amerika Serikat dan seluruh pompa bensin di wilayah Tenggara Amerika Serikat yang meliputi wilayah Alabama hingga wilayah Puerto Rico.

Kemudian kawasan Eropa dan Asia pun mulai dirambah oleh Saudi Aramco bekerjasama dengan kontraktor-kontraktor minyak lokal. Di Indonesia Saudi Aramco bekerjasama dengan Pertamina sedang dalam pembicaraan untuk membangun pengolahan minyak mentah terbesar di Indonesia yang terletak di Cilacap Jawa Tengah, dengan nilai proyek dikisaran US$ 3 - 5,6 milyar dolar.

Seiring makin terbukanya sistem pemerintahan Kerajaan Arab Saudi apalagi dengan semakin kuatnya posisi Putera Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman al Saud. Pada November 2017 lalu Saudi Aramco secara resmi mengumumkan, bahwa mereka akan menjual sahamnya ke publik atau istilahnya 'Go Public" dengan memakai mekanisme Initial Public Offering (IPO) atau penjualan saham perdana.

Sontak saja hal ini di respon positif oleh para investor diseluruh dunia, walaupun saat itu belum jelas benar dimana IPO itu akan dilaksanakan, jumlah saham yang akan dijual, dengan harga berapa, semua belum jelas. 

Mengenai tempat pelaksanaan IPO, banyak pihak yang berpendapat bahwa IPO akan dilakukan di dua bursa yang berbeda di dunia, atau istilahnya dual listing. Bisa di New York Stock Exchange (NYSE) atau lebih dikenal dengan Wallstreet dan di Riyadh Stock Exchange.

Jumlah saham dan nilai saham yang akan dijual pun menjadi perbincangan investor di seluruh dunia, konon katanya nilai IPO nya akan  melebihi saat Alibaba IPO yang sampai saat ini masih merupakan pemegang rekor nilai IPO terbesar di dunia yakni senilai US$ 25 milyar dolar.

Namun karena beberapa hal dan masih membutuhkan kajian lebih mendalan IPO pada tahun 2018 itu tertunda, hingga beberapa hari lalu. Propektus ringkas akhirnya secara resmi dirilis oleh pihak Saudi Aramco. 

Dalam prospektus setebal 656 halaman itu diterangkan berbagai hal terkait IPO Saudi Aramco yang selama ini menjadi pertanyaan para investor diseluruh dunia.

Secara resmi proses go public Saudi Aramco  mulai dilaksanakan tanggal 17 November 2019, yang menjadi penasehat keuangan aksi korporasi ini adalah Morgan Stanley, Citigroup, JP. Morgan, Goldman and Sach International dan beberpa lembaga keuangan top dunia lainnya. Listing hanya akan dilakukan di bursa efek Riyadh atau lebih dikenal dengan nama Tadawul. Dan menunda listing di luar negeri.

Rencananya, secara keseluruhan Saudi Aramco akan menjual 1,5 persen saham perusahaan, atau setara dengan 3 miliar lembar. Sebesar 0,5 persen sahamnya akan dijual ke  investor individu di bursa saham Riyadh. Dengan harga indikatif dari saham raksasa produsen minyak dunia tersebut di kisaran 30 hingga 32 riyal Saudi.

Dengan harga segitu, diperkirakan Aramco akan mampu meraup dana sebesar US$ 26,5 milyar dolar. Jika mengacu pada angka tersebut maka valuasi saham Aramco secara keseluruhan ada di kisaran US$ 1,6 triliun dolar-US$ 1,7 triliun dolar. 

IPO Saudi Aramco ini direncanakan akan dilakukan awal Desember 2019 ini, jika tidak ada masalah apapun yang menyebabkan valuasi saham perusahaan melorot jauh, valuasi Aramco menurut para analis  akan berada diantara level US$ 1,2 triliun dolar hingga US$ 2,3 trliun dolar.

Sebagai perbandingan rival terdekat Aramco, Exxon Mobil, memiliki kapitalisasi pasar hampir 300 miliar dollar AS dan Chevron bernilai sekitar 229 miliar dollar AS.

Tujuan saham Aramco  dijual ke publik salah satunya untuk menambal defisit anggaran pemerintah Arab Saudi dan juga upaya pemerintah Arab Saudi dalam mendiversifikasi ekonominya  di luar minyak sesuai dengan Vision 2030 Pangeran Mohammad bin Salman Al Saud sang Putra Mahkota.

Terus Pertamina kapan Go Public?

Sumber.
saudiaramco.com [1]
saudiaramco.com [2]
kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun