Masa ini, sebagian besar perangkat musiknya masih menggunakan alat-alat musik standar tanpa campur alat musik berbasis komputer.
Nah memasuki pertengahan 90-an alat musik berbasis komputer(syntesizer), mulai meramaikan corak musik dangdut terutama saat melakukan rekaman di studio musik.
Para pedangdut di generasi ini digawangi oleh nama-nama, seperti Evi Tamala, Hamdan Atamimie, Iis Dahlia, Asmin Cader hingga Jhoni Iskandar.Â
Muncul pula variasi bergaya disko dalam rekaman lagu-lagu Merry Andani, hingga Rama Aipama menjadi pilihan periode ini. Inilah kali terakhir periode emas rekaman berbasis pita kaset dalam merekam lagu, yang kemudian berganti menjadi compact disc.
Masa rekaman pita kaset dan Compact Disc merupakan puncak keemasan bagi para pemusik dangdut. Setelah kemudian masuk teknologi digital MP3 dengan berbagai perangkat digitalisasi musik lainnya, industri musik dangdut mulai menurun.
Nah di masa transisi inilah kemudian muncul sub genre musik dangdut yakni dangdut koplo untuk menyiasati sisi pemasaran bagi praktisi dangdut.
Dangdut Koplo cukup berbeda dengan dangdut-dangdut lainnya di mana tabuhan gendangnya memiliki ketukan lebih banyak dan lebih cepat dari dangdut sebelumnya.
Dan akan lebih bisa dinikmati bila disaksikan secara live, ditambah dengan penyanyinya yang cantik dan berpakaian cukup sexy. Hal inilah yang membuat dangdut masih bisa berkibar di tengah masyarakat.
Selain Koplo, dalam perkembangannya genre musik dangdut melahirkan sub genre lainnya di tahun 2000-an. Seperti Dangdut Sunda, Dangdut Saluang Minang, Dangdut Tarling Cirebon, hingga Dangdut Banjar.