Dari 14 program yang ditegur tersebut, terdapat 2 hal yang membuat netizen kemudian meradang, yakni film kartun SpongeBob Square Pants dan Thriller film Gundala.
Teguran terhadap SpongeBob dilayangkan karena ada adegan dalam kartun tersebut memukul wajah dengan papan, menjatuhkan bola bowling dari atas dan mengenai kepala, melayangkan palu ke wajah dan memukul pot kaktus menggunakan raket ke wajah.
Sementara Thriler film Gundala, hanya ada kata "bangsat". Â Hal ini direspon negatif oleh netizen, tagar #bubarkanKPI kembali menjadi trending topic di Twitter.
KPI kembali berkilah, Wakil Ketua KPI, Mulyo Hadi Purnomo mengatakan bahwa  mereka hanya menjalankan kewajiban lembaganya saja. "Kami menjalankan UU soal pembatasan dan larangan," ujar Mulyo, Senin (16/9/2019) malam. Seperti yang dikutip dari tirto.id.
Tak henti-henti lembaga bentukan negara ini memicu kegaduhan di ruang publik. Hampir semua putusan yang mereka keluarkan selalu memicu kontroversi.Â
Sementara kualitas program penyiaran di Indonesia tak pernah kunjung membaik. Setiap teguran yang mereka keluarkan sepertinya tidak berdampak apapun bagi peningkatan kualitas program industri televisi nasional.
Apakah KPI melakukan assesment terhadap setiap teguran yang dikeluarkannya? Adakah korelasi positif terhadap kehidupan masyarakat setelah teguran itu dilayangkan dan dilaksanakan?
Apakah pemerkosaan dan pelecehan menurun setelah adegan Shizuka berbikini dalam Kartun Doraemon, di blur?
Padahal clear ucapan Aulia Kesuma pembunuhan yang dilakukannya diinspirasi oleh sinetron, eh malah ngeles.Â
Mungkin KPI tak harus dibubarkan, namun harus berbenah secara serius. Karena memang bermasalah. Teguran-teguran yang KPI lakukan seperti buta konteks, dan terkesan sepotong-sepotong.
KPI kadang-kadang melihatnya ada adegan mukul, tidak ada paradigma, tanpa melihat konteks. Padahal paradigma dan konteks itu penting. Karena untuk menggambarkan kebaikan butuh kejahatan.