Ketiga, perbedaan budaya antar daerah dengan memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku. Dan ini merupakan sebuah capital cultural, jika kita semua mampu memelihara dan menjadikan perbedaan ini menjadi sebuah berkah. Hanya Indonesia yang memiliki modal budaya seperti ini.
Modal budaya indonesia yang sangat kaya apabila di kelola dan dipelihara dengan benar bisa dikembangkan menjadi sebuah keuntungan ekonomi.
Sebetulnya pemerintah Indonesia sudah menyadari, Â bahwa modal budaya yang dimiliki secara alami di bumi pertiwi ini sangat banyak dan sangat mungkin buat dikembangkan secara masif yang kemudian mampu menjadi daya ungkit bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dibentuknya Badan Ekonomi Kreatif (BERKRAF) , salah satunya yah untuk mengembangankan dan mengkreasi inovasi-inovasi baru berbasis modal budaya tersebut.
Kluster-kluster pengembangan budaya diciptakan diberbagai daerah, berbasis pengembangan kearifan lokal. Talenta-talenta muda di bina dan difasilitasi pemerintah, agar mampu memberikan dampak ekonomi yang lebih besar.
Walaupun belum sempurna dampak secara kuantitatif sudah terlihat, sumbangan ekonomi kreatif bagi Pertumbuhan ekonomi kita menurut data Berkraf semester I 2019 ini sudah mencapai 8,5% dari PDB, atau Rp.1.211 trliun.
Mungkin untuk beberapa hal Indonesia sulit bersaing dengan negara-negara lain tapi untuk urusan kebudayaan rasanya tidak perlu diragukan lagi. Dengan catatan Indonesia mampu memonetasi kekayaan budaya yang dimilikinya, melalui kreativitas dan inovasi dari budaya-budaya lokal.
Sumber.
Presentasi Prof David Throsby Cultural Economist, Macquire University of Sidney Australia, pada Economic Cultural Forum, Jakarta 06 September 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H