Saya kemaren membaca sebuah thread di platform media sosial Twitter yang sangat menarik dan menurut saya amat bermanfaat. Adalah akun @GiaPratamaMD yang menulis tentang betapa penyakit katastropic semacam jantung koroner ini sangat mematikan, dan sekarang bukan hanya menyasar pemilik usia lanjut, namun sudah menyerang orang-orang berusia muda.
Saya sempatkan meminta izin kepada pemilik akun tersebut untuk mengutip threadnya itu sebagai tulisan di Kompasiana . Dan ia berkenan threadnya tersebut untuk dikutip. Terlepas dari bermutu atau tidak tulisan ini namun rasanya ada lah sedikit manfaat apabila membacanya.
Threadnya dimulai dengan menceritakan situasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang kedatangan seorang pasien berusia sangat muda, dibopong oleh 3 orang memasuki IGD dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Kemudian Dr. Gia beserta timnya menerima dan mendapati kondisinya tidak sadarkan diri, pihak keluarga menceritakan awal mula kejadian ""Kita lagi kumpul keluarga dok, dia lagi main game di hpnya, tiba- tiba kesakitan dadanya sampe susah bicara, tangan kirinya jg sakit sampe susah digerakin, kita bawa kesini trus tadi di mobol pas udah mau sampe sini dia ga sadar". Ujar mereka.
Karena setelah diraba nadinya Dr Gia tidak merasakan adanya denyut, maka ia memutuskan "Kode Biru"yang merupakan sebuah isyarat di lingkungan Rumah Sakit jika seorang pasien terkena serangan jantung (cardiac arrest) atau mengalami situasi kegagalan nafas akut dan situasi kritis lain yang memerlukan tindakan cepat dan tepat.
Lalu, mereka langsung melakukan prosedur pemulihan dengan melakukan berbagai upaya sesuai dengan System Operating Prosedure (SOP) untuk penanganan pasien terkena serangan jantung.
Semua alat-alat mulai dipasangkan ke tubuh pasien tersebut, setelah mengamati monitor yang telah terpasang isolator menunjukan gerakan yang tidak stabil berbentuk V, dan bergerak sangat cepat.Â
Ia segera melakukan defebrilasi dengan kekuatan 200 Joule, defebrilasi adalah sebuah tindakan untuk menormalisasi detak jantung, oleh sebuah alat bernama defebrilator. Semakin cepat dilakukan, maka kemungkinan terselamatkan semakin tinggi.
Akhirnya setelah dilakukan berbagai tindakan, selain defabrilasi tadi seperti Laryngoskop, memasukan beberapa obat situasi bisa teratasi indikator di monitor yang menunjukan "irama sinus" atau istilah kedokterannya disebut sinus aritmia, artinya irama jantung berubah menjadi lebih lambat mendekati normal.
Selesai? Ternyata belum. Pasca serangan jantung ada 6 jam yang menurut dokter disebut sebagai "golden period" yang harus dilakukan agar tidak memburuk kembali kondisinya.Â
Pemeriksaan lengkap jantung, tes enzim jantung, tes darah komplit, dan persiapan untuk tindakan PCI segera dilakukan, PCI(Percutaneous Coronary Intervention) adalah  prosedur terapi untuk membuka penyempitan (stenotic) pembuluh darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Pasien itu akhirnya selamat dan bisa pulang, usia pasien itu awal atau pertengahan 30an sepertinya, menurut Dr. Gia inilah usia termuda pasien yang terkena serangan jantung selama ia berpraktek.
Dalam thread lanjutannya ia menuliskan betapa kita harus aware terhadap penyakit jantung koroner ini karena, jantung koroner adalah pembunuh nomor 1 di dunia ini.
Darah untuk makanan jantung dialirkan melalui 2 pembuluh darah yang bercabang dari pembuluh utama (aorta). Dua pembuluh darah itu, kanan (artery coronia dextra), dan kiri (sinistra).
Nah jika penyumbatan terjadi di hilir atau pertengahan pembuluh darah, masih akan ada suplay yang masuk dan masih akan ada pula sel-sel yang berdenyut, namun bila yang tersumbat di hulu atau pangkal miliaran sel itu akan mati dan jantung akan menghitam.
Sekarang siapa saja yang bisa terkena serangan jantung? Kita semua! Apalagi jika kita memiliki faktor resiko yang tinggi.
Semakin bertambah usia, maka semakin tinggi faktor risikonya
Riwayat keluarga, apabila diantara keluarga kita, ayah, ibu, nenek,kakek, oom, atau tante. Pernah terkena serangan jantung maka faktor risiko juga tinggi.
Kelebihan berat badan, indeks massa melebihi 30% dari berat badan normal itu memiliki risiko tinggi
Tekanan darah yang tinggi, hipertensi yang kadang tidak bergejala sama sekali padahal tensi kita sedang tinggi, tensi normal ada di kisaran 120/80.
Dislipidemia. Jumlah kolesterol dan trigliserid yang jauh dari angka aman. Kalau periksa, jgn cuma kolesterol total, tapi periksa juga HDL (lipoprotein sangat padat), LDL (lipoprotein kepadatan rendah). Lalu hitung kalau kolesterol total dibagi dengan angka HDL hasilnya masih dibawah 4, ini masih aman.
Rokok itu merupakan salah satu yang memiliki senyawa untuk merusak dinding-dinding kapiler jantung
Diabetes, malas berolahraga, kurang tidur, dan stres yang tinggi merupakan faktor-faktor risiko lain.
Jika kita mengalami gejala-gejala yang khas, nyeri dada yg menjalar, ke tangan kiri, rahang kiri, bahu kiri, atau punggung kiri. Sakitnya tu sakit seperti ditindih oleh benda yang sangat berat. Bukan seperti ditusuk atau disayat.
Gejala lain, Keringat dingin sekujur tubuh.
Pertama, Berdoa lah kepada Tuhan yang maha Kuasa pemilik seluruh raga kita. Agar kita senantiasa dilindungi dan di beri kesehatan dan kebahagiaan dalam hidup.
Kedua, hindari faktor-faktor pencetus diatas. Ketiga, periksakan diri kita secara rutin, berupa Medical Check Up paling tidak sekali setahun
Keempat, makan ikan laut paling tidak 2x seminggu, seperti anjuran ibu Susi Pudjiastuti. Kelima, makan buah-buahan dan sayuran yang memiliki oksidan tinggi. Terutama keluarga berri.
Harus ada keinginan kuat agar kita tetap sehat dan terhindar dari penyakit mematikan ini.
Semoga bermanfaat.
Sumber.
@GiaPratamaMD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H