Semua kembali berjalan tenang, dan mulai memasuki Saudi Arabia, rombongan-rombongan mobil jemaah haji sudah mulai berdatangan dari berbagai negara di sekililing Arab Saudi, Mesir, Yordania, Turki, Lebanon, dan negara-negara lainnya. Sebuah perjalanan panjang telah mereka lalui, segala duka dan halangan yang berhasil mereka lewati, akhirnya Mekah tanah impian bagi para peziarah yang berharap memperoleh gelar haji mabrur sudah di depan mata.Â
Kerinduan sang ayah akan Mekah membuat perjalan tersebut terlihat syahdu, adzan mulai terdengar, teriakan.. Labaik Allahhuma Labbaik, Labbaik Syarikalla Labaik bersahutan. Sang ayah turun untuk kemudian shalat, Reda tertegun memperhatikan sang Ayah, hatinya mulai terpanggil untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Hari terakhir, prosesi ibadah puncak haji mulai berlangsung. semburat muka bahagia sang ayah terlihat jelas, saat fajar menjelang sang ayah bergegas menaiki bis yang telah disediakan menuju Arafah untuk melakukan wukuf sebagai puncak ibadah haji.Â
Reda menunggu di parkiran yang memang disediakan untuk para Jamaah. Senja menjelang namun sang ayah tak kunjung datang, ia khawatir dalam pikirannya ia takut kehilangan ayahnya.Dan benar saja sang ayah tak pernah kembali. Ia terus mencari ditengah jutaan manusia berihram putih, akhirnya seorang polisi mengantarkannya ke sebuah rumahsakit dimana ayahnya telah terbaring kaku dibungkus ihram.
Perjalanan yang menakjubkan dan mengharukan. Lika-liku di dalamnya cukup memberikan pembelajaran. Saya suka endingnya yang terbuka, tidak serta-merta menunjukkan Reda berubah menjadi baik dengan menjadi rajin sholat misalnya. Hanya proses menuju berubah. Selanjutnya, penonton sendirilah yang menyimpulkan.
Sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H