Tulisan ini akan membahas seputar Penemuan Barang Bukti dan Alat Bukti dalam Konteks Investigasi Teknik Audit dan Teknik Perpajakan dengan meminjam pemikiran: Substansi Sembilan kategori Aristotle, Model empat penyebab Aristotle dan Model Platon melalui lima tahap progress jiwa rasional: Eikasia, Pistis, Dua Garis Membagi Dianoia, Noesis. Atau tiga tahapan (a) Visible World (Doxa atau opini), (b) dua garis membagi ke tahap, (c) Intelligible World (Episteme Knowledge).
Setiap audit yang dilakukan harus memiliki sebuah “Kertas Kerja Audit”, yang merupakan “Dokumentasi” Hasil pelaksanaan audit; Apa yang sudah dilakukan; dan diperuntukan bagi pencapaian tujuan audit.
Tujuan kertas kerja audit; (1) merupakan dokumentasi pelaksanaan audit (Realisasi pelaksanaan program audit), (2) Bukti “Due professional care” auditor (Gambaran lengkap apa yang telah dilakukan), (3) Dasar pengambilan simpulan audit (Bahan baku penyusunan laporan hasil audit).
Berikut contoh kertas kerja audit KAP Margaret & Rekan dengan kliennya PT. Bagong 2019:
1. Substansi Sembilan Kategori Aristotle: Substansi Sembilan Kategori Aristotle dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengidentifikasi dan menemukan barang bukti serta alat bukti dalam audit. Berikut adalah contoh penerapan substansi sembilan kategori dalam kertas kerja audit:
a. Substansi (Essence): Mengidentifikasi dan memahami inti dari masalah yang sedang diselidiki dalam audit, termasuk permasalahan perpajakan yang relevan.
b. Kuantitas (Quantity): Menentukan jumlah dan volume barang bukti yang diperlukan dalam audit untuk mendukung kesimpulan dan temuan yang akurat.
c. Kualitas (Quality): Memastikan bahwa barang bukti yang ditemukan memiliki kualitas yang memadai, relevan, dan dapat dipercaya.
d. Hubungan (Relation): Mengidentifikasi hubungan antara barang bukti yang ada dan isu perpajakan yang sedang diselidiki dalam audit.
e. Waktu (Time): Menentukan rentang waktu dan periode yang relevan untuk pengumpulan barang bukti yang sesuai.
f. Tempat (Place): Mengidentifikasi lokasi atau sumber-sumber yang potensial untuk menemukan barang bukti terkait dengan masalah audit perpajakan.
g. Keadaan (Condition): Mengevaluasi kondisi barang bukti yang ditemukan, termasuk integritas, keotentikan, dan kemungkinan manipulasi.
h. Tindakan (Action): Menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengumpulkan, memeriksa, dan mengonfirmasi barang bukti yang relevan.
i. Pasal (Passion): Memahami motivasi atau tujuan di balik permasalahan perpajakan yang sedang diselidiki dan mengidentifikasi potensi kepentingan yang terlibat.
2. Model Empat Penyebab Aristotle: Model empat penyebab Aristotle dapat membantu dalam mengidentifikasi akar penyebab masalah perpajakan yang sedang diaudit. Dalam kertas kerja audit, penggunaan model ini akan membantu memfokuskan investigasi pada penyebab yang mendasari pelanggaran perpajakan. Berikut adalah contoh penerapan model empat penyebab:
a. Penyebab Material: Mengidentifikasi penyebab perpajakan yang berhubungan dengan substansi atau materi yang sedang diaudit, seperti transaksi, kebijakan perpajakan, atau ketidakpatuhan pajak.
b. Penyebab Formal: Menelusuri penyebab perpajakan yang berkaitan dengan prosedur formal atau ketentuan hukum yang terkait, termasuk kesalahan pelaporan atau pengabaian aturan perpajakan.
c. Penyebab Efisien: Mengidentifikasi aktor atau entitas yang bertanggung jawab secara efektif atas pelanggaran perpajakan, seperti individu, perusahaan, atau lembaga keuangan.d. Penyebab Final: Menyelidiki motif atau tujuan di balik tindakan pelanggaran perpajakan, seperti keuntungan finansial atau penghindaran pajak.
3. Model Platon Melalui Lima Tahap Progress Jiwa Rasional: Model Platon tentang lima tahap progress jiwa rasional, yaitu Eikasia, Pistis, Dua Garis Membagi Dianoia, dan Noesis, dapat digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan pendekatan yang sistematis untuk menemukan barang bukti dan alat bukti dalam audit. Namun, untuk kertas kerja audit, pendekatan yang lebih umum dan praktis adalah menggunakan tiga tahap berikut:
a. Visible World (Doxa atau Opini): Pada tahap ini, auditor mengumpulkan dan memeriksa informasi awal, termasuk dokumen, catatan, dan bukti yang tersedia secara terbuka dan mudah diakses.
b. Dua Garis Membagi: Pada tahap ini, auditor melakukan penyelidikan lebih lanjut dan menyaring informasi yang relevan dari yang tidak relevan. Auditor mungkin perlu menerapkan teknik khusus, seperti wawancara, konfirmasi, atau analisis data, untuk menemukan barang bukti yang lebih signifikan.
c. Intelligible World (Episteme Knowledge): Tahap ini melibatkan pemahaman yang lebih mendalam dan sintesis informasi yang relevan yang telah ditemukan selama proses audit. Auditor menggabungkan bukti yang dikumpulkan dengan pengetahuan perpajakan yang komprehensif untuk mencapai kesimpulan dan membuat rekomendasi yang sesuai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H