Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Memilih Tumbuh Secara Anorganik, Demi Unit Syariahnya, BTN Akuisisi Bank Victoria Syariah

20 Januari 2025   13:25 Diperbarui: 20 Januari 2025   16:38 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bank milik Pemerintah dengan spesialisasi pada pembiayaan perumahan, PT. Bank Tabungan Negara  Tbk , secara resmi mengumumkan rencana pengambilalihan atau akuisis Bank Victoria Syariah, sebagai bagian dari penyelesaian upaya pemisahan atau spin off unit usaha syariah,  BTN Syariah menjadi bank umum syariah yang sepenuhnya terpisah dari perusahaan induknya yang berkode emiten (BBTN) tersebut 

Proses Akusisi

Menurut prospektus pengambilan alihan BTN, yang dilansir di sejumlah media massa nasional, BTN akan mengakuisisi 100 persen kepemilikan Bank Victoria Syariah yang sahamnya saat ini dimiliki PT. Victoria Investasma sebanyak 80,8 persen, PT. Bank Victoria Internasional, 19,80 persen dan Bank Harta Peninggalan (BHP) Jakarta sebesar, 0 0016 persen.

Usai proses akuisisi ini kelar, seluruh saham Bank Victoria Syariah akan dimiliki oleh BTN. Nilai transaksinya diperkirakan mencapai Rp1,06 triliun.

Rencananya, seluruh proses aksi korporasi ini bakal dibiayai melalui pendanaan internal, tanpa leverage dari pihak manapun.

Bagi para pihak terkait, termasuk para kreditur, yang tak sepakat dengan aksi korporasi tersebut diberikan kesempatan untuk menyatakan keberatannya selama 14 hari, terhitung sejak rencana ini dipublikasikan , sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 41 tahun 2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum.

Sebelumnya, pekan lalu, lampu hijau telah diberikan OJK terkait aksi korporasi tersebut makanya prospektus pengambilalihan bisa dipublikasikan, Senin 20 Januari 2025, hari ini.

Selanjutnya, BTN dan Bank Victoria masing-masing akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam waktu bersamaan, jika mengacu pada jadwal indikatifnya, akan dilaksanakan pada 14 Maret 2025.

Seluruh rencana ini dijadwalkan akan selesai sekitar bulan Mei 2025.

Pertimbangan dan Tujuan Akuisisi

Akuisisi BTN atas Bank Victoria Syariah ini tentu saja sudah berdasarkan pertimbangan yang cukup matang, setelah sebelumnya BTN sempat "memadu kasih" dengan Bank Muamalat, bahkan sudah masuk tahap due dilligence, tapi belum berjodoh karena berbagai alasan.

Dari sisi BTN, tujuan dari aksi pencaplokan tersebut untuk mengembangkan perbankan syariah yang selama ini disediakan unit usaha syariah-nya melalui peningkatan berbagai layanannya.

Pertimbangannya antara lain, Bank Victoria Syariah memiliki status Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) I, di mana menurut aturan OJK, BTN memiliki kemudahan dalam melakukan integrasi dengan Bank Victoria.

Mengenai KBMI, merujuk pada peraturan terbaru OJK, Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Konsolidasi Bank Umum mengelompokkan bank-bank berdasarkan modal intinya menjadi empat kategori, yakni KMBI 1 untuk bank dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun, KMBI 2 untuk bank dengan modal inti antara Rp6 triliun hingga Rp14 triliun, KMBI 3 untuk bank dengan modal inti antara Rp14 triliun hingga Rp70 triliun, dan KMBI 4 untuk bank dengan modal inti di atas Rp70 triliun.

Selain itu, aksi korporasi ini bisa sangat menguntungkan bagi BTN, mereka bisa memanfaatkan sinergi yang kuat dengan BUMN lainnya, dukungan induk perusahaan, dan reputasi yang sudah mapan di sektor KPR.

Harapannya, ke depan akan semakin memperkuat posisi BTN dan membuka peluang untuk memanfaatkan aset serta sumber daya yang lebih luas, sehingga dapat memberikan layanan perbankan syariah yang lebih komprehensif kepada nasabah dan menjadikan BTN syariah sebagai pemain kunci di industri perbankan syariah.

Mengutip Kontan.co.id, seluruh proses, tujuan, dan pertimbangan akuisisi Bank Victoria Syariah oleh BTN merupakan bagian  dari upaya merealisasikan pembentukan bank umum syariah melalui strategi pertumbuhan anorganik.

Pertumbuhan Anorganik dan Organik

Menurut Investopedia, pertumbuhan anorganik adalah cara perusahaan berkembang melalui proses akuisisi atau menggabungkan usahanya dengan perusahaan lain. 

Ini seperti membeli pohon besar yang sudah tumbuh dan menambahkannya ke kebun kita. 

Karakteristik dari pertumbuhan perusahaan anorganik bersifat eksternal lantaran pertumbuhan terjadi melalui akuisisi maupun penggabungan dengan entitas eksternal.

Pertumbuhann perusahaan biasanya  akan berlangsung sangat cepat. Perusahaan yang memilih untuk tumbuh secara anorganik bisa memperoleh akses ke pasar baru atau bidang bisnis baru dengan cepat.

Keuntungan dari pertumbuhan anorganik, menawarkan jalan pintas bagi perusahaan untuk memperbesar size bisnisnya. 

Melalui akuisisi, perusahaan dapat memperoleh aset, pangsa pasar, dan nasabah baru, sehingga memperkuat posisi kompetitifnya. 

Akan tetapi, kelemahannya, pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menimbulkan masalah seperti kesulitan dalam mengelola bisnis yang lebih besar, ketidaksesuaian budaya perusahaan, dan potensi terjadinya pemborosan sumber daya.

Pertumbuhan anorganik ini, cocok untuk perusahaan yang ingin memasuki pasar baru dengan cepat, memperoleh teknologi baru, atau meningkatkan pangsa pasar secara signifikan.

Nah, merujuk pada seluk beluk pertumbuhan perusahaan secara anorganik tadi, memang sepertinya strategi BTN mengakuisisi Bank Victoria bisa disebut tepat, karena dalam jangka waktu yang pendek mereka ingin mengembangkan layanan perbankan syariah secara cepat, serta dalam saat bersamaan memiliki tujuan untuk memperluas pangsa pasarnya.

Selain anorganik, perusahaan umumnya lebih banyak tumbuh secara organik, mereka berkembang dengan memanfaatkan sumber daya internal yang dimilikinya. Ini seperti menanam benih dan merawatnya hingga tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat. 

Sifatnya sangat internalistik, seluruh pengembangan usaha datangnya dari dalam perusahaan, alhasil, biasanya perusahaan itu akan tumbuh lambat.

Pertumbuhan organik ini lazimnya cocok bagi perusahaan yang ingin dan sedang membangun merek yang kuat, memiliki budaya perusahaan yang solid, dan memiliki sumber daya internal yang cukup.

Lantas mana yang lebih baik, pertumbuhan anorganik atau organik? Sejatinya kita tak bisa membandingkan itu secara head to head karena baik pertumbuhan organik maupun anorganik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

Pilihan strategi yang tepat akan tergantung pada tujuan bisnis, kondisi pasar, dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Seringkali, perusahaan menggabungkan kedua strategi ini menjadi pertumbuhan yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. 

Dalam konteks BTN, jika kita memperhatikan secara seksama perkembangan perusahaannya, bank pelat merah ini pada dasarnya lebih banyak tumbuh secara organik makanya mereka memiliki merek yang kuat sebagai "bank pemberi KPR" bahkan saking kuatnya,nama BTN menjadi istilah generik untuk kawasan perumahan.

Jadi pendekatan anorganik yang dilakukan BTN saat ini, dilakukan untuk kepentingan strategis semata,agar mampu mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, oleh sebab itu perusahaan perlu menyeimbangkan antara pertumbuhan organik dan anorganik. 

Pertumbuhan organik memberikan stabilitas, sedangkan akuisisi dapat memberikan dorongan pertumbuhan yang signifikan. Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan perusahaan untuk mengelola kedua strategi ini secara efektif

Penutup

Secara keseluruhan, akuisisi Bank Victoria Syariah oleh BTN merupakan langkah strategis yang diambil untuk mempercepat pertumbuhan bisnis perbankan syariah. 

Dengan memanfaatkan potensi sinergi yang kuat dan pengalaman yang dimiliki BTN, diharapkan akuisisi ini dapat memperkuat posisi perusahaan di pasar perbankan syariah Indonesia. 

Kombinasi antara pertumbuhan organik yang telah dibangun BTN selama bertahun-tahun dengan pertumbuhan anorganik melalui akuisisi ini diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan bernilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.

Perlu diingat, meskipun prospek akuisisi ini sangat menjanjikan, tantangan tetap ada di depan. Integrasi kedua entitas, penyesuaian budaya perusahaan, dan optimalisasi teknologi merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan. 

Namun, dengan perencanaan yang matang dan komitmen yang kuat, harapannya tantangan-tantangan ini dapat diatasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun