Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kebakaran LA, Berpotensi "Membakar" Industri Asuransi Amerika Serikat

15 Januari 2025   15:19 Diperbarui: 15 Januari 2025   22:36 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh menyesakkan melihat deretan bangunan yang sebelumnya berdiri  megah nan indah di kawasan Pacific Palisade Los Angeles, Amerika Serikat (AS), kini hanya tersisa puing dan abu, habis dilalap si jago merah, yang sudah sepekan membakar ribuan bangunan dan infrastruktur penting di berbagai kawasan  di wilayah LA County.

Kerugian ekonomi secara keseluruhan diperkirakan berbagai pihak, dapat mencapai 150 miliar US Dollar atau sekitar Rp2.400 triliun, yang sebagian diantaranya harus ditanggung perusahaan asuransi.

Sebagai salah satu kawasan termahal di AS, yang menjadi lokasi rumah para selebritas Hollywood, hampir dapat dipastikan seluruh bangunan tersebut diasuransikan.

Bencana Bagi Industri Asuransi AS

Bagi masyarakat AS, asuransi merupakan produk keuangan yang sudah digunakan secara inklusif. Menurut catatan United States Cencus Berau, pada tahun 2023, cakupan pengguna asuransi mencapai 92,3 persen dari seluruh jumlah penduduk AS atau sekitar 316 juta orang.

Jadi tak heran, jika sebagian besar berbagai properti yang hangus terbakar  di LA diasuransikan oleh para pemiliknya. 

Kondisi tersebut membuat dampak finansial kebakaran akan didistribusikan ke berbagai sektor di pasar asuransi AS dan mungkin global jika nantinya harus masuk pada skema reasuransi.

Lembaga pemeringkat keuangan dunia, Moody's memproyeksikan kerugian asuransi akibat kebakaran hutan  di LA yang merembet meluluh lantakan 12.300 struktur bangunan, mencapai miliaran US Dollar, karena tingginya nilai properti di wilayah terdampak.

Meskipun untuk mengukur nilai pasti tingkat kerusakannya agar bisa dikonversikan menjadi klaim asuransi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghitungnya.

Proyeksi kerugian asuransi lain disampaikan oleh analis perusahaan keuangan dunia, JP Morgan seperti dilansir Kompas.com, mereka memperkirakan kerugian yang harus ditanggung industri asuransi  akibat kebakaran di LA bisa mencapai di kisaran 10 miliar US Dollar - 20 miliar US Dollar, atau setara dengan Rp160 triliun hingga Rp320  triliun (dengan asumsi kurs 1 US Dollar = Rp16.000).

Perusahaan asuransi yang diperkirakan paling terdampak secara signifikan, adalah perusahaan asuransi kepemilikan rumah dan properti komersial.

Padahal perusahan-perusahaan asuransi telah berusaha mengurangi penerbitan polis baru di daerah berisiko tinggi seperti di kawasan LA tersebut.

Lebih parahnya lagi, beberapa perusahaan asuransi memutuskan untuk tidak melanjutkan polis yang telah berjalan, menyebabkan banyak pemilik properti kehilangan perlindungan pasca bencana.

Pada Maret 2024, State Farm General, raksasa asuransi rumah di California, membuat keputusan mengejutkan dengan tidak memperpanjang polis asuransi untuk 30.000 pemilik rumah. 

Langkah serupa juga diambil oleh perusahaan asuransi lainnya seperti Chubb dan anak perusahaannya, serta Allstate, yang menghentikan penerbitan polis baru untuk rumah-rumah mewah di wilayah rawan bencana

Tindakan perusahaan asuransi itu, belajar pada peristiwa kebakaran di LA sebelumnya, misalnya pada tahun 2017 kerugian akibat kebakaran hutan di Negara Bagian California selama setahun mencapai 15 miliar US Dollar atau sekitar Rp240 triliun. Di tahun berikutnya, kerugian terus meningkat.

Pasar asuransi properti di California memang sudah menghadapi tantangan besar, seperti yang diungkapkan oleh Morningstar DBRS. Risiko kebakaran hutan yang sulit diprediksi membuat banyak perusahaan asuransi mengurangi eksposurnya atau bahkan keluar dari pasar. 

Dampaknya, indeks S&P Insurance Select Industry (SPSIINS) merosot 3,2 persen pada perdagangan Jumat (10/01/2025). Saham sejumlah perusahaan asuransi besar, seperti Travelers, Mercury General (yang memperkirakan kerugian melebihi 150 juta US Dollar), dan Allstate, juga mengalami penurunan yang signifikan. 

Bahkan perusahaan asuransi di Eropa, seperti Beazley, Lancashire, dan Hiscox, turut merasakan dampaknya dengan penurunan saham antara 3 persen hingga 5,7 persen.

Tantangan Dalam Melakukan Klaim Asuransi

Tantangan dan dinamika cukup sulit juga harus dihadapi oleh para pemilik rumah yang telah kehilangan propertinya untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi.

Proses pengajuan klaim asuransi rumah seringkali menjadi tantangan yang kompleks bagi para pemilik properti. Tumpukan dokumen yang harus dipenuhi dan durasi proses yang panjang seringkali berpotensi membuat pemilik asuransi merasa frustrasi.

Amy Bach dari United Policyholders mengungkapkan bahwa beberapa perusahaan asuransi menggunakan berbagai cara untuk mengurangi jumlah pembayaran klaim. 

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan penilai klaim lepas atau perangkat lunak yang dirancang untuk menekan biaya. Selain itu, bahasa kontrak asuransi yang rumit juga membuat nasabah kesulitan memahami hak-hak mereka saat mengajukan klaim.

Kebakaran hutan di LA yang terjadi pada awal tahun 2025 hampir dipastikan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi industri asuransi di Amerika Serikat.

Namun, S&P memperkirakan bahwa perusahaan reasuransi global akan berperan penting dalam membantu perusahaan asuransi utama mengatasi dampak finansial dari bencana ini.

Namun ke depannya, potensi kebakaran hutan yang akan terus berulang dan meluas, harga properti yang tinggi, dan ketidakpastian dalam industri asuransi telah menciptakan situasi di mana akses masyarakat California terhadap asuransi properti bakal semakin terbatas dalam jangka panjang 

Penutup.

Kebakaran hutan di Los Angeles sepertinya bakal menjadi katalisator bagi transformasi dalam industri asuransi di Amerika Serikat dan global. 

Peristiwa ini seolah memaksa perusahaan asuransi untuk merevaluasi model bisnisnya, meningkatkan investasi dalam teknologi seperti kecerdasan buatan untuk prediksi risiko yang lebih akurat, dan mengembangkan produk asuransi yang lebih adaptif terhadap kondisi bencana dan perubahan iklim. 

Selain itu, kolaborasi lintas sektor, antara perusahaan asuransi, pemerintah, dan komunitas, menjadi kunci dalam membangun sistem perlindungan yang lebih tangguh dan berkelanjutan. 

Ke depan, harapannya akan muncul solusi asuransi yang lebih inovatif, seperti asuransi berbasis data atau platform digital yang memungkinkan personalisasi perlindungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun