Kebijakan Trump yang cenderung proteksionis, dapat menciptakan fluktuasi yang sangat tinggi di pasar keuangan global, dan sangat berpengaruh terhadap meningkatnya yield obligasi secara keseluruhan.
Belum lagi, jika berbicara masalah potensi perang dagang antara AS dan China yang kemungkinan terus berlanjut.
Hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh terhadap ekonomi domestik, ditambah lagi ada potensi semakin menganganya defisit APBN akibat pembatalan kenaikan PPN menjadi 12 persen secara umum.
Ditambah lagi dengan bejibunnya utang negara yang akan jatuh tempo tahun 2025 ini. Menurut catatan Kemenkeu berada di angka Rp800,3 triliun.
Kondisi-kondisi tersebut membuka pintu bagi para investor untuk meminta tingkat kupon lebih tinggi kepada Pemerintah, saat mereka menerbitkan surat utang.
Proyeksi Kupon ORI027
Nah, dengan dasar-dasar pertimbangan tersebut, beberapa analis pasar keuangan memproyeksikan kupon yang nantinya ditawarkan ORI027, berada di kisaran antara 6,80 persen hingga 7 persen.
Sedikit berbeda, proyeksi yang saya lakukan angkanya lebih moderat, kupon ORI027 berada di kisaran 6,50 persen hingga 6,80 persen.
Pertimbangannya, angka tersebut sudah jauh lebih tinggi dari rata-rata suku bunga deposito yang kini sedang berjalan.
Tren suku bunga acuan BI, sepertinya cenderung menurun apalagi setelah suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 4,50-4,75 pada akhir November 2024 lalu. Pemangkasan suku bunga The Fed, biasanya bakal diikuti oleh tindakan serupa oleh bank sentral di berbagai negara, termasuk BI.
Selain itu, segmen investor SBN ritel ini agak berbeda dengan SBN Umum, sehingga potret level suku bunga SBN umum di pasar sekunder, tak serta merta akan menggambarkan tingkat imbal hasil di SBN ritel.
Namun, untuk pastinya, kita tunggu saja pengumuman resmi dari DJPPR-Kemenkeu, berapa kupon yang akan mereka tawarkan, biasanya dilakukan 2 hari menjelang hari H penawaran.