Namun, setelah ITIA melakukan penyelidikan mendalam ternyata anabolic steroid yang ditemukan dalam kadar yang sangat rendah tersebut, masuk ke dalam tubuh Sinner secara tidak disengaja, akibat krim pijat yang digunakan anggota timnya dan bukan dianggap sebagai kesalahanÂ
Oleh karenanya, Sinner tak menerima sanksi apapun, ia tetap berlaga, termasuk menjadi juara di Turnamen ATP Master Miami.
Sikap Publik Tenis Dunia
Tentu saja perlakuan yang oleh sebagian pengamat tenis dunia sesuatu yang istimewa ini, menuai banyak kecaman, pro dan kontra.
Mereka membandingkan kasus doping Swiatek dan Sinner tersebut dengan kasus yang menimpa petenis putri asal Rumania Simona Halep, yang diskorsing hingga 4 tahun pada tahun 2002 akibat doping.
Padahal, Halep pun mengklaim bahwa zat terlarang tersebut masuk ke tubuhnya lantaran kontaminasi supplemen, seperti halnya Swiatek dan Sinner.
Meskipun kemudian banding Halep ke badan arbitrase olahraga (CAS) berhasil mengurangi sanksi skorsingnya menjadi 9 bulan.
Terkait kasus doping ini, Badan Anti Doping Dunia (WADA) mengajukan banding terhadap putusan ITIA bagi Sinner dan Swiatek ke CAS.
WADA berharap kedua petenis tersebut setidaknya bisa dikenakan dua tahun sanksi skorsing..
Meskipun WADA menyadari bisa saja pengakuan ditemukannya zat doping dalam tubuh kedua petenis itu, memang benar berasal dari kontaminasi, hanya karena teknologi pengujian yang semakin canggih membuat serendah apapun zat terlarang itu yang bahkan tidak berpengaruh terhadap tubuh, menjadi terdeteksi.
Penutup
Well, terlepas dari perdebatan tersebut, doping merupakan salah satu "kejahatan" paling buruk dalam dunia olahraga selain pengaturan skor atau hasil pertandingan, serupa dengan praktik plagiat dalam dunia akademis dan kepenulisan.
Oleh sebab itu, sudah sewajarnya siapapun yang melakukannya harus dikenakan sanksi. Namun, ketika tidak ada intensi untuk melakukannya, tapi ditemukan zat doping dalam tubuh sang atlet dengan kadar yang sangat minimal. Mungkin WADA atau lembaga anti doping lainnya perlu duduk bersama untuk mengatur standarnya lebih rigid lagi, jadi mereka bisa menguji klaim yang disampaikam atlet terduga melanggar anti doping secara komprehensif dan akurat.