Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pergeseran Subsidi Energi, Antara Rasa Keadilan dan Ketidakpastian

30 November 2024   15:17 Diperbarui: 1 Desember 2024   09:56 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Angkutan Kota D08 mengisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite di SPBU di Depok, Senin (5/9/2022). (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Menurut hasil survei terbaru yang dilakukan Kementerian Perhubungan pendapatan rata-rata driver ojol sebesar Rp3,5 juta per bulan.

Nilai pendapatan sebesar itu, hampir sama dengan pengeluaran operasional para pengemudi ojek online.

Artinya, ketika ojol tak diperkenankan lagi "meneguk" BBM bersubsidi, biaya operasional mereka akan jauh lebih tinggi dibandingkan pemdapatannya.

Apabila itu yang terjadi, mungkin mereka akan memilih menghentikan kegiatannya dan menganggur.

Akibatnya angka pengangguran terbuka akan meledak, daya beli masyarakat akan terus melemah, dan ekonomi nasionalnya pun akan terjerembab lebih dalam lagi.

Dampak Terhadap Kelas Menengah

Belum lagi jika kita berbicara efek dari pergeseran subsidi ini ke kelas menengah. Mereka merupakan pihak yang akan paling terdampak pergeseran skema subsidi energi.

Mereka bukan kelompok miskin yang akan menjadi target bantuan sosial, namun juga bukan kelompok kaya yang tak terlalu merasakan dampak kenaikan harga akibat pergeseran pola subsidi energi tersebut.

Suka atau tidak, diakui ataupun tidak, pergeseran skema subsidi energi ini akan dirasakan sebagai kenaikan harga energi oleh seluruh masyarakat, terutama kelas menengah.

Kondisi ini memaksa mereka mengeluarkan uang lebih banyak untuk menutup biaya hidupnya. Hal ini akan mengerus daya beli kelas menengah. Uang yang sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan lain, kini harus dialihkan untuk membayar tagihan energi yang membengkak.

Dampaknya tidak berhenti sampai di situ. Perubahan gaya hidup pun tak terelakkan. Untuk menghemat pengeluaran, banyak di antara kelas menengah yang akan mengurangi penggunaan energi. 

Misalnya, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, lebih sering menggunakan transportasi umum, atau beralih ke peralatan elektronik yang lebih hemat energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun